loading...
Mengusung tema "Democratic Body: How Soon Is Now", IDF 2018 akan melibatkan koreografer dari Indonesia, Korea Selatan, India, Australia, Singapura, Meksiko dan Jerman.
Kasubdit Seni Pertunjukan Direkorat Kesenian Ditjen Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), Edi Irawan menyambut baik digelarnya perhelatan IDF 2018.
Selama lebih dari dua dekade, Indonesian Dance Festival (IDF) berkibar di dunia tari internasional. Sebagai sebuah acara biennale, IDF mendorong munculnya begitu banyak koreografer terkemuka sambil berusaha keras untuk menampilkan festival yang bergengsi dan bertaraf internasional setiap kali acara berlangsung.
"IDF tidak hanya menampilkan karya-karya koreografer terkenal di dunia internasional, namun juga berupaya menemukan bakat-bakat para koreografer muda Indonesia untuk ditampilkan di IDF," kata dia saat konferensi pers IDF 2018 di di Gedung Perpustakaan Nasional RI, Jakarta Pusat, kemarin (30/10).
Sementara itu, Direktur Keuangan IDF, Nungki Kusumastuti mengatakan, dalam ajang IDF 2018 ini akan dihadiri sebanyak 30 presenter seni dari seluruh dunia. Mereka terdiri dari manager kesenian dan manager gedung pertunjukan seni.
"Program-program utama festival ini meliputi, pementasan tari yang terdiri dari showcase (Kampana) dan main performance, workshop (akademi IDF), presentasi, seminar, penerbitan dan publikasi seni tari, kompetisi, master class, commission works, dan berbagai program stimulasi karya-karya baru serta berbagai presentasi karya-karya inovatif dari para seniman muda potensial," jelas dia.
Indonesian Dance Festival (IDF) didirikan pada 1992 atas dasar keprihatinan dosen-dosen seniman tari di Institut Kesenian Jakarta (IKJ) menyikapi sepinya kegiatan seni tari bertaraf internasional di tanah air.
Para dosen Fakultas Seni Pertunjukkan tersebut adalah Sal Murgiyanto, Nungki Kusumastuti, Maria Darmaningsih, Melina Surjadewi, Dedy Luthan, Tom Ibnur, serta didukung oleh Farida Oetojo, Sardono W.Kusumo dan lainnya untuk menggarap festival tari kontemporer, yang eksistensinya tetap terjaga hingga tahun ini.
Hingga 2016, kata Nungki, IDF telah berhasil menampilkan tak kurang dari 250 karya-karya koreografer terkemuka Indonesia dan karya-karya penting dari berbagai negara Asia, Eropa, Afrika, Australia dan Amerika. IDF juga didukung oleh para kurator tari internasional terkemuka, yaitu Tang Fukuen (Singapura), Daisuke Muto (Jepang) dan Arco Renz (Jerman).
Untuk memulai perhelatan internasional ini, pre-IDF akan menampilkan para koreografer dan penari muda dari dalam maupun luar negeri. "IDF mengajak publik Jakarta dan Indonesia untuk merayakan kreativitas budaya yang beragam dengan segala perbedaan identitas. Sehingga terjadi dialog guna membangun kehidupan yang lebih indah dengan toleransi serta apresiasi terhadap keberagaman," pungkas Nungki.
(nug)
No comments:
Post a Comment