loading...
Tayang sejak Kamis 17 Januari 2019 lalu, film Terima Kasih Cinta rupanya punya daya jual tersendiri, khususnya bagi warga mitra DKI Jakarta maupun warga daerah lainnya. Film garapan Bintang Picture itu memiliki setting yang berlatar di kota berjuluk Kota Patriot .
“Setting film yang diperankan oleh Putri Marino itu 70% berlatar di Bekasi. Kami lakukan untuk membranding Kota Bekasi melalui karya film,” kata Produser film Terima Kasih Cinta Wiwiek Hargono, kepada KORAN SINDO. Menurutnya, karya filmnya itu memang mem-branding Kota Bekasi melalui layar lebar. Hal itu terinspirasi film Laskar Pelangi yang ber-setting di Bangka Belitung (Babel).
Dari film itu masyarakat Indonesia dan luar negeri mengetahui keindahan Babel. “Kami ingin mengenalkan keindahan Bekasi,” ujarnya. Istri Wakil Wali Kota Bekasi Tri Adhianto menjelaskan, meski setting film berlatar di Bekasi, pihaknya juga tetap mementingkan teknis pengambilan gambar dengan menyesuaikan kebutuhan sinematografi.
Baca Juga:
Hal itu dilakukan agar karya yang dihasilkan tetap memiliki estetika yang tinggi. “Kami menyesuaikan kebutuhan pengambilan gambar sehingga karya yang dihasilkan benar-benar bagus dan sangat layak ditonton,” ungkapnya.
Ada pun lokasi pengambilan gambar dilakukan di sejumlah tempat di Kota Bekasi, di antaranya SMA Negeri 1 Kota Bekasi, Rumah Sakit Umum Daerah, dan Stadion Patriot Chandrabaga. Film Terima Kasih Cinta merupakan film pertama yang diproduseri Wiwiek. Melalui film ini, dia ingin menyampaikan pesan tentang nilai-nilai kasih sayang, keluarga, dan perjuangan seorang wanita dengan segala kekurangan.
Film Terima Kasih Cinta diangkat berdasarkan kisah nyata Eva Meliana. Eva merupakan seorang wanita asal Bekasi yang berjuang melawan penyakit lupus. Film tersebut juga diadaptasi dari novel best seller berjudul 728 Hari karya Djono W Oesman. Banyak pesan moral yang disampaikan dalam film Terima Kasih Cinta , terutama mengenai kasih sayang, keluarga, dan juga pertemanan.
Lebih dari itu, film ini juga memberikan pemahaman mengenai penyakit lupus yang mungkin masih asing di telinga sebagian masyarakat. “Melalui film ini, saya ingin menampilkan pesan inspiratif untuk seluruh penonton, bagaimana perjuangan hidup seorang wanita penderita lupus dan kasih sayang orang terdekatnya,” tandasnya.
Salah satu warga, Nugroho, mengaku takjub dengan hadirnya film tersebut. Menurutnya, film tersebut mengenalkan Bekasi kepada daerah lainnya melalui film yang apik sehingga putra daerah asli patriot ini sangat bangga dengan film tersebut. “Saya bangga dengan film ini, apalagi filmnya sangat bagus,” katanya.
(don)
No comments:
Post a Comment