Suara.com - Nama Yayan Ruhian melambung usai kepiawannya bermain pencak silat di film Merantau dan The Raid. Koreografi fighting yang ditampilkan Kang Yayan sapaannya, membuat banyak orang terpukau.
Sejak itulah, Yayan Ruhian mulai kebanjiran tawaran bermain film khusus bergenre laga. Sebut saja sejumlah film layar lebar nasional maupun Internasional berhasil dimainkan oleh lelaki 49 tahun itu.
Terkini, aktor asal Tasikmalaya, Jawa Barat ini baru saja merampungkan syuting film hollywood, John Wick 3 setelah sebelumnya sukses dengan Yakuza Apocalpyse dan Star Wars Episode VII: The Force Awakens.
Lalu, di film Wiro Sableng yang sedang tayang di bioskop saat ini, ia juga ditunjuk sebagai pembuat koreo fighting sekaligus pemeran utama si antagonis Mahesa Birawa.
Namun tidak banyak yang tahu kalau Yayan Ruhian memang sudah menggeluti dunia pencak silat sejak lama. Sebelum terjun sebagai aktor, ia sudah lebih dulu menjabat sebagai pelatih seni bela diri asal Indonesia itu di perguruannya.
Lebih lanjut berikut wawancara eksklusif Suara.com bersama Yayan Ruhian soal perjalanan hidupnya sebagai pesilat sampai berakhir jadi aktor Internasional.
Bagaimana ceritanya Kang Yayan sering ditunjuk jadi koreo fighting di film?
Saya lebih bilang ini ke tantangan. Tantangan itu ada sehingga menjadi tanggung jawab buat kami. Saya dan tim koreo. Baik tanggung jawab kami sebagai bagian dari masyarakat pencak silat, dan juga lebih spesifik tanggung jawab sebagai yang menjelaskan untuk membuat koreo fighting di setiap film seperti Wiro Sableng ini.
Sebelumnya memang Anda atlet pencak silat?
Kalau saya kebetulan pelatih di salah satu perguruan.
Dulu sering ikut kejuaraan?
Wah itu udah berapa puluh tahun lalu.
Tapi karier awal dari pencak silat?
Ya, saya berasal dari pencak silat. Saya mulai mengajar tahun 1987. Dan sampai sekarang masih mengajar.
Pernah menang kejuaraan apa saja di pencak silat?
Saya belum sempat, kalau katakanlah menjadi juara, karena saya waktu itu keburu ditugaskan mewakilkan perguruan, mengikuti penataran pelatih dan masuk jadi juri tingkat nasional. Jadi begitu kita masuk tingkat juri, kita tidak boleh lagi tanding sebagai atlet.
Lalu bagaimana ceritanya jadi pelatih pencak silat?
Saya kebetulan satu tahun atau kurang satu tahun di pelatih profesional terus langsung ditugaskan untuk mengikuti penataran itu.
Sempat ditawari buat melatih atlet pencak silat Indonesia buat kejuaraan Internasional seperti Asian Games?
Sempat. Dulu dari perguruan kami pernah melatih untuk pernapasannya.
Terus gimana Kang, dari pencak silat sekarang kok jadi aktor?
Saya rasa ini intinya tidak hanya saja saya, yang lain juga, ini adalah perjalanan hidup saya. Sebelum masuk entertain, kurang lebih 30 tahun di pencak silat, saya bertemu director yang berasal dari luar tapi kebetulan dia menikah dengan orang Indonesia. Dia tertarik dengan pencak silat terus membuat film dokumenter pencak silat. Karena dia sangat menyayangkan kenapa orang Indonesia tidak membuat film real pencak silat, walau pun sebelumnya banyak tapi saya melihatnya itu cuma bumbu saja.
Tapi dia ini memulai riset dari satu daerah ke daerah lain, bahkan dari satu aliran ke aliran lainnya, ke perguruan satu ke perguruan lainnya, sampai akhirnya menemukanlah Iko Uwais. Dan di saat persiapan film pertamanya itu meminta saya untuk menjadi salah satu tim koreo fightingnya. Kemudian menjelang syutingnya, ada satu karakter memang yang menguasai teknik pencak silat, selain bisa fighting tapi juga bisa drama. Setelah tidak ada yang cocok, ada yang menganjurkan saya ikut casting. Ternyata saya diminta untuk memainkan karakter itu. Sampai akhirnya ke sini-sini banyak tawaran main film. Sampai akhirnya ke Wiro Sableng. Dan ini suatu kehormatan buat saya. Dan ini betul-betul kebanggan tersendiri buat saya.
Kira-kira sebagai pelatih pencak silat atau aktor besar mana penghasilannya?
Saya rasa relatif. Angka itu bisa dikatakan besar kalau kita lihat dari bawah, kalau dari atas itu kecil. Jadi saya rasa relatif.
Tapi lebih nyaman di zona pencak silat atau pemain film?
Saya bangga jadi pelatih silat yang bekerja juga di dunia entertain. Tapi saya juga bangga menjadi entertainer juga bisa pesilat. Karena buat saya layar lebar bisa menjadi sarana baru memperkenalkan pencak silat kepada masyarakat yang lebih general lagi.
Karena dari tahun awal 1990-an, dengan satu gebrakan lewat Pencak Silat Menembus Dunia, dari panggung ke panggung, dari satu negara ke negara lain. Itu pastinya hanya ditonton oleh masyarakat pecinta bela diri. Tapi melalui media layar lebar ini saya dan kawan-kawan punya kesempatan mengenalkan pencak silat lebih ke masyarakat luas lagi. Tidak hanya mereka yang pecinta bela diri, mereka yang pecinta hiburan juga bisa melihat sebuah budaya dan karakter bela diri pencak silat.
Lihat atlet pencak silat sekarang bisa peluang jadi aktor juga?
Buat saya peluang itu tidak tertutup kemungkinan. Bukan cuma atlet, yang non-atlet saja masih punya peluang. Saya saja bukan atlet tiba-tiba masuk jadi aktor.
Lalu bagaimana perasaannya bisa bermain film berskala internasional seperti John Wick 3 nanti?
Saya sangat bangga bisa menjadi salah satu perwakilan Indonesia yang bermain di film-film luar negeri. Saya rasa ini kesempatan yang besar bukan hanya buat saya pribadi tapi buat Indonesia. Karena kebanyakan film saya bermain action, saya pikir ini bagus membuat orang-orang luar negeri mencaritahu lebih dalam tentang seni bela diri kita. Kita harus terus membawa nama pencak silat mendunia.
https://www.suara.com/entertainment/2018/09/02/135500/interview-yayan-ruhian-dari-pesilat-jadi-aktor-internasional
No comments:
Post a Comment