
loading...
Namanya mencuat dan menghentak jagat raya berkat aktingnya di film fenomenal Crazy Rich Asians. Film ini adalah film Amerika pertama dengan begitu banyak pemain utama berdarah Asia semenjak film The Joy Luck Club (1993) yang berdasarkan novel tentang diaspora Asia.
Dikutip Forbes, Crazy Rich Asians mengalami sukses luar biasa sejak dirilis pada 15 Agustus lalu. Film ini menghasilkan pendapatan hingga USD166,4 juta (Rp2,5 triliun) hanya untuk pasar domestik (Amerika Serikat dan Kanada), jauh melebihi perkiraan awal.
Film ini juga berhasil menghasilkan USD26,5 juta (Rp395 miliar) pada akhir pekan pembukaan perdananya. Angka ini sedikit lebih besar dari perkiraan awal yakni USD25,2 juta (Rp375 miliar). Hingga saat ini, film ini telah berhasil meraup keuntungan total USD220,2 juta (Rp3,3 triliun) di seluruh dunia.
Padahal, anggaran produksinya hanya USD30 juta (Rp447 miliar). Henry yang dahulu hanya berprofesi sebagai pencuci rambut atau shampoo boy dan meningkat menjadi penata rambut, kini berubah menjadi aktor yang mendunia. Henry pun seolah mendapatkan “jalannya” sendiri karena sekalinya bermain film, dia langsung mendapatkan peran utama.
Lulus SMA Langsung Kerja
Perjalanan aktor kelahiran Betong, Sarawak, Malaysia, 5 Februari 1987 ini dalam industri hiburan dimulai di tempat yang tidak terduga. Dia banyak menghabiskan waktunya di tempat potong rambut atau barber shop di Inggris sebagai tukang mencuci rambut atau shampoo boy.
Dia mulai bekerja setiap hari Sabtu, lalu setelah lulus SMA, dia memutuskan untuk sedikit lebih serius. “Saya magang , mulai sebagai shampoo boy , benar-benar dari bawah,” ucapnya, dikutip Huffington Post.
Dia bekerja di salon bergengsi Sloane Street. Kemudian dia berusaha “naik pangkat” dan dengan cepat mulai mendapatkan klien, serta mendarat di tempat bergengsi Richard Ward Hair and Metrospa di London.
Salon ini merupakan salon langganan Kate Middleton. Dia pun membuat batu loncatan dari shampoo boy menjadi penata rambut. Pada 2008 ketika umurnya 21 tahun, Henry memutuskan pulang kampung ke Malaysia dengan visi bisa masuk televisi karena melihat MTV Asia kala itu.
Henry memang punya darah Malaysia dari ibunya, Margaret Likan Golding. Sang ibu diketahui memiliki darah Dayak Iban, yaitu rumpun suku Dayak yang memang ada di Sarawak. Sementara ayahnya, Clive Golding, adalah orang Inggris. Saat umur 8 tahun, Henry pindah ke Inggris.
Di Malaysia, Henry memulai karier barunya di TV regional, lalu menjadi pembawa acara olahraga, dan akhirnya mendarat sebagai tuan rumah dan presenter untuk berbagai acara perjalanan (travel) di BBC dan Discovery Channel.
No comments:
Post a Comment