loading...
Dalam hening, terdengar alunan musik lamat-lamat. Mata nyaris lelap kalau saja perut tidak berteriak lapar. Jarum jam hampir menuding pukul 21, ketika kami meninggalkan vila, menuruni belasan anak tangga, lalu menyusuri lorong berbatu susun menuju restoran yang berada di atas bukit.
Malam itu, pemilik Radika Paradise, Cyrillus Harinowo ada di tengah kami para wartawan. Ia tidak berjarak dengan kami. Pengamat ekonomi asal Yogyakarta itu, satu meja dengan saya. Bunyi musik yang cukup keras -kebetulan sound ada di dekat meja kami-tidak menghalangi kami untuk ngobrol selepasnya.
Saya berbisik kepadanya kalau saya sangat senang bisa duduk berhadapan muka dengannya. Dia tersenyum. Sempat saya lontarkan satu-dua pertanyaan terkait vila-vila yang menurut saya unik dan memiliki pesan dan makna tersendiri.
No comments:
Post a Comment