Pages

Tuesday, November 27, 2018

Fenomena Hallyu dan Fanatisme K-pop di Indonesia

Musik Pop Korea (K-pop) dalam lima tahun terakhir kian menginvansi Indonesia. Puncaknya dalam beberapa bulan belakangan, Indonesia disambangi para boyband dan girlband K-pop baik dalam konser tunggal maupun sebagai musisi tamu dalam acara.

Euforia kian memuncak saat Super Junior datang dalam acara seremonial penutup Asian Games 2018 pada 2 September, disusul aktor Lee Jong-suk dalam fan-signing pada 3 November. Tak ketinggalan pada tiga hari tersibuk baru-baru ini ketika Winner, iKon, dan Blackpink datang dalam tiga hari berturut yakni 17, 18, dan 19 November. Sementara itu, Blackpink akan kembali bertandang ke Indonesia dalam konser tunggalnya pada Januari tahun depan.

Menakar fanatisme K-pop dan Korean Wave alias hallyu di Indonesia berkaitan dengan minat pecinta drama Korea. Fenomena ini mulai merambat dalam layar hiburan Indonesia pada awal 2000-an. Saat itu, layar kaca televisi dihiasi drama Korea Autumn in My Heart (Endless Love, 2000) yang sempat bersaing dengan drama asal Tiongkok Romance in the Rain (Kabut Cinta, 2001). Kabut Cinta hingga kini populer dengan soundtrack-nya, Hao Xiang Hao Xiang yang dipopulerkan salah satu aktrisnya, Vicky Zhao.

Popularitas Kabut Cinta rupanya cukup meredup dan tak dapat melanjutkan popularitas drama Tiongkok di Indonesia saat itu. Memang, sempat ada Meteor Garden (F4, 2001) dari Taiwan yang heboh dengan lakon empat pria yakni Dao Ming Shi (Jerry Yan), Hua Zhe Lei (Vic Chou), Mei Zuo (Vanness Wu), dan Xi Men (Ken Chu). Kehidupan mereka bersinggungan dengan sosok perempuan bernama San Chai (Barbie Hsu). Pesona Dao Ming Tse bahkan sempat memengaruhi model rambut pria ‘setengah gondrong’ saat itu. Sayangnya, strategi Taiwan kalah dengan judul-judul drama Korea. Endless Love sukses menyuguhkan kisah emosional hingga menggeser pasar drama Tiongkok dan Taiwan dengan menyuguhkan kisah melankolis baru. 

Endless Love bercerita tentang mantan 'kakak-beradik' yang saling jatuh cinta, tetapi tak bisa bersatu meski pada akhirnya sama-sama terpisah maut dalam tragedi berbeda. Kronologi bayi tertukar menjadi awal perkara yang menimbulkan rasa sayang di antara keduanya. Film ini sekaligus menjadi perkenalan wajah-wajah rupawan khas Korea yaitu aktor Song Seung-heon, Song Hye-kyo, Won Bin, Han Chae-young dan Moon Geun-young.

Kekuatan drama Endless Love didukung beberapa soundtrack lagu sendu seperti Main Title versi flute, Reason (Jung Il-young) dan versi instrumental. Bisa dibilang, biang demam Korea di Indonesia adalah Endless Love.


Potongan adegan Endless Love (Foto: Ist)

Pemasaran drama Korea terbilang cerdas, yakni ketika salah satu aktor Endless Love, Song Hye-kyo kembali masuk dalam judul drama terbaru Full House. Belum lama penikmat Korea move on dari serial sebelumnya, Full House muncul. Serial ini masuk ke Indonesia sekitar tahun 2004. Song Hye-kyo kembali hadir dan berpasangan dengan musisi Rain dalam kemasan cerita yang lebih menghibur. Ada bumbu komedi dan romansa di dalamnya. Full House lantas menjadi wadah mempromosikan Rain di dunia hiburan Indonesia. Sementara penggemar Endless Love bersyukur dapat kembali melihat idolanya Song Hye-kyo bermain.

Lagi-lagi, soundtrack drama pun ikut melejit. Setelah Full House usai, penggemar drama Korea berlomba mencari soundtrack lagunya. Lagu I Think I Love You dari Kim Go-eun (Byul), Geu Deh Ji Geum dari Lyn, bahkan lagu tema Sha La La La ikut dicari untuk mengenang scene terbaik dalam drama. Untuk mendapatkan konten ini, hampir sebagian besar penikmat drama Korea mengandalkan laman daring 4shared. Situs ini dikenal "ramah" dengan memberikan konten lagu secara gratis. Tentu tanpa memikirkan aspek legalitas Mereka hanya meminta pengguna untuk membuat akun.

Trik ini terus berlanjut dalam beberapa drama Korea selanjutnya, sebut saja Sassy Girl Chun Hyang, Princess Hours, Boys Before Flowers, Coffee Prince, Dream High, He’s Beautiful, Baker King (Kim Tak Goo), My Girlfriend is Gumiho, Winter Sonata, Summer Scent, Dream High, Playful Kiss, The Heirs, Legend of the Blue Sea, Goblin hingga judul-judul setelahnya. Jika diperhatikan secara runtut, drama-drama ini juga muncul dengan menggandeng satu aktor atau aktris ikonik dari drama sebelumnya. Aktor dan aktris tersebut sukses menampilkan karakter berbeda dengan dalam drama terbaru.

Lagu domplengan jadi market empuk musisi Korea dan grup K-pop

Soundtrack drama digunakan sebagai lagu domplengan popularitas musisi K-pop untuk mempromosikan karya mereka. Ini menjadi ramuan jitu untuk memancing minat Indonesia terhadap musik Korea. Coba-coba, ternyata sukses. Berkat laman 4shared dan sejumlah situs abal-abal yang memfasilitasi peminat atau komunitas yang terkena dampak hallyu, tingkat kepo penggemar K-Drama beralih menjadi pemburu musik-musik Korea. 

Contoh dalam serial Boys Before Flowers. Salah satu aktor Boys Before Flowers, Kim Hyun-joong adalah personel dari SS501 yang juga mengisi soundtrack drama tersebut. Mereka membawakan lagu Because I’m Stupid. Di lain sisi ada Kim Joon, personel T-max, grup K-pop yang membawakan lagu utama Paradise. Kemudian ada boyband SHINee yang juga membawakan lagu Stand by Me.

Dari Boys Before Flowers, sebut saja penggemar kemudian mengenal grup K-pop SHINee. Popularitas grup asuhan SM Entertainment itu hingga saat ini masih cemerlang. 

SHINee, Super Junior, dan peranakan SM Entertainment: bibit hallyu di Indonesia

SHINee memang lebih dulu hadir bersamaan dengan K-Drama (sejak Boys Before Flowers). Namun, 'gong' dari K-pop hadir saat Super Junior masuk ke pasar musik Indonesia lewat singel Mr. Simple. Grup yang terbentuk sejak 2005 ini awalnya merilis singel Sorry, Sorry pada 2009 hingga dikenal publik internasional. Ketenaran Super Junior berlanjut di beberapa singel lain seperti Bonamana, dan No Other.

SHINee maupun Super Junior adalah grup K-pop besutan agensi SM Entertainment. Ya, sebut saja artis-artis SM adalah pioneer pemasok artis Korea di Indonesia. Beberapa artis mereka lebih dulu masuk ke Tanah Air. Selain grup, SM juga memiliki solois BoA. Namanya melejit setelah mengisi soundtrack serial anime Jepang populer Inuyasha dengan singel Every Heart. Serial ini sempat menghiasi salah satu televisi swasta Indonesia di akhir pekan dan populer baik umum maupun di kalangan pecinta anime.

Selain Super Junior, SHINee, dan BoA, beberapa musisi SM ikut mengekor dan merambah pasar musik Indonesia di antaranya TVXQ, Girls’ Generation (SNSD), f(x), EXO, dan Neo Culture Technology (NCT). 

Kesuksesan artis peranakan agensi saling mengekor?

SM Entertainment dapat dikatakan sebagai pioneer pemasok artis-artis pada masa tunas hallyu di Tanah Air. Hal ini tak bisa dipungkiri ketika Super Junior tahun ini hadir ke Indonesia membawakan lagu populer mereka sembilan tahun silam (Mr. Simple), ELF (sebutan penggemar Super Junior) masih tampak antusias. Di luar lingkaran ELF, banyak penonton yang turut mengikuti lagu Mr. Simple.

Apakah kesuksesan Super Junior mengekor pada peranakan artis SM lain? TVXQ, Girls’ Generation (SNSD), f(x), EXO, dan Neo Culture Technology (NCT) memiliki penggemar pada masanya. Penggemar K-pop begitu mengetahui artis baru, mereka akan mencari tahu artis tersebut berasal dari agensi mana. Contoh ketika EXO muncul, mereka dianggap sebagai ‘adik’ dari Super Junior. Ketika seorang ELF menggemari musik EXO, f(x), dan NCT, penggemar ini dapat disebut SM Stan karena menggemari artis-artis besutan agensi SM Entertainment.

Pergerakan SM Entertainment rupanya diikuti sejumlah agensi besar yang membidik pasar musik Indonesia, yakni YG Entertainment dan JYP Entertainment.

Jika SM Entertainment memulai debut hallyu di Indonesia dengan SHINee dan Super Junior, YG hadir membawa identitas akar hip-hop dari Negeri Ginseng. Di awal 2000-an nama YG mulai terangkat ketika Se7en (Seven) sukses menjadi idola di Korea dan Jepang. Ciri khas dari artis besutan YG Entertainment adalah musik hip-hop.

Kesuksesan YG perlahan merangkak ketika Big Bang hadir membawa warna kental hip-hop dalam musik-musiknya. Big Bang kemudian disusul 2NE1 dan Epik High. 

YG membombardir para artis masuk ke Indonesia. Ingat demam Gangnam Style? Keriuhan fenomena itu digaungkan ketika PSY (Park Jae-sang) merilis singel Gangnam Style pada 2012. Video ini laris manis dan paling banyak ditonton di YouTube.


Psy lewat singel Gangnam Style menunjukan karakter kuat sekaligus meracuni dunia dengan gerakan yang ikonik dan juga memperkenalkan kultur Korea lebih luas lagi.

YG juga terbilang konsisten mengharumkan nama artis-artis mereka. Ada Winner, "adik" dari Big Bang, lalu iKon hingga girlgroup Blackpink yang baru memulai debut 2016. Blackpink seperti membawa revolusi dari gaya bermusik YG. Dua singel mereka, Boombayah dan Whistle sukses merajai tangga lagu populer dunia Billboard sejak debut.

Selain menaungi para grup, masing-masing personel diberi panggung solo. Dari Big Bang ada Taeyang, G-Dragon, dan Seungri telah memulai proyek solo. Kemudian ada Mino dari Winner, dan belum lama ini Jennie dari Blackpink. CL juga memulai debut solonya bersama YG Entertainment sejak berada di 2NE1. Namun, 2NE1 sendiri kini telah bubar.

Selain SM dan YG, ada JYP Entertainment yang juga tak kalah ingin bersaing. Para musisi awal besutan JYP di antaranya 2PM, Wonder Girls, Miss A, Twice sempat ikut meramaikan hallyu di Indonesia. Ketenaran para artis JYP tumpah ketika saat itu Suzy "Miss A" bermain dalam serial Dream High bersama Taecyeon "2PM". Belum lama ini, JYP mengorbitkan artis baru Stray Kids yang sempat meramaikan panggung Spotify di Indonesia pada pekan kedua Oktober 2018.

Baik SM, YG, dan JYP tak hanya mengorbitkan para musisi tetapi juga para artis peran dan produser. Masing-masing agensi memiliki ciri khas masing-masing.

Berbeda dengan tiga label di atas, boyband Bangtan Boys (BTS) di bawah naungan BigHit Entertainment muncul dengan debut mereka No More Dream. Kesuksesan mereka hingga kini disebut-sebut membesarkan label BigHit. Fenomena ini justru menjadi sebaliknya. Ketika para label membesarkan nama artis, BTS justru mengangkat label BigHit.

Dampak hallyu

Munculnya boyband juga memberi warna pada industri musik Indonesia. Sejak SHINee, Super Junior dan nama-nama boyband muncul, SMASH, 7 Ikon dan Cherrybelle lahir dengan formasi serupa. Sayangnya, popularitas mereka tak sekencang para idol K-pop yang lebih dulu menjamur di Indonesia.

Dampak dari hallyu ini tak hanya menerap industri musik, tetapi juga para penggemar. Sebut saja SS yang sejak awal mengikuti arus K-pop sejak hampir 10 tahun lalu. 

“Aku jadi penggemar K-pop udah lama banget. Sebenarnya sama kayak orang pada umumnya, berawal dari drama Korea. Princess Hours dan Full House, film-film hits di Indonesia waktu itu dan aku memang suka. Menuju ke soundtrack-soundtrack. Penasaran sama soundtrack-soundtrack-nya. Pertama kali yang aku suka itu Suju (Super Junior),” tuturnya kepada Medcom.id.

SS yang juga mengaku sebagai jurnalis spesialisasi artikel Korea angkatan pertama mengikuti Super Junior sejak Super Show kedua. Dengan menjadi ELF (penggemar Super Junior), SS dapat belajar menabung dan tertarik memelajari bahasa Korea.

“Super Show pertama aku belum nonton karena belum boleh pergi ke luar negeri sendirian. Kalau enggak salah itu 2010. Itu di Stadion Bukit Jalil. Aku ingat banget, pertama kali ke luar negeri sendirian. Itu pertama kali dilepas ke luar negeri sama teman-teman pakai uang tabungan, mama aku enggak kasih uang sama sekali jadi aku benar-benar menabung,” paparnya.

Ia bahkan tak segan memesan album dari Korea langsung sebagai bentuk dukungan terhadap idolanya.

Dalam dunia penggemar K-pop bahkan ada istilah ‘kasta’. SS merupakan salah satu penggemar K-pop yang terkenal di kalangan penggemar lain. 

“Iya, ada kasta-kastanya. Kayak fans-fans yang terkenal diikuti hingga punya banyak followers dan menginspirasi,” tutur MF, penggemar K-pop lain saat diwawancarai di tempat berbeda.

Perbedaan kasta ini dilatarbelakangi pengalaman dan totalitas dalam mendukung idola mereka.

Di satu sisi, ada ARMY (penggemar BTS) yang menyukai idolanya dari variety show. “BTS pertama kali ke Indonesia aku nonton tahun 2015. Semua personelnya itu sengklek, aku suka musik tapi lebih sering mengikuti boyband dari variety show, acara mereka. Dari situ kita bisa mengetahui kepribadian personelnya. Di BTS semua member enggak ada yang jaim (jaga image). Mereka bikin orang happy, jadi happy virus. Karena mereka apa adanya jadi penggemarnya ada di mana-mana,” tutur MR, salah seorang ARMY (penggemar BTS) kepada Medcom.id.


BTS (Foto: John Shearer/Getty Images)

“Musiknya mereka enak, tapi aku lebih suka dengan kepribadian mereka. Sesibuk apapun, mereka tetap ada variety show-nya,” papar MR.

ARMY lain yang juga EXO-L yakni BR mengaku menggemari BTS sejak awal debut mereka sebelum terkenal. Ia bahkan memerhatikan detail kecil dari BTS di setiap aksi panggung dan show. BR dapat dikategorikan sebagai multi-fandom.

“Dari mereka di kos-kosan kecil banget, bikin fan meeting di Thailand. Masih ingat Jimin pakai Hot by Air (HBA). Jimin sayang banget sama sepatu itu sampai di pakai di mana-mana. Suka pertama-sama mereka bukan karena musiknya tapi dance-nya. Mereka itu, sorry to say ya enggak bisa dibandingkan sama EXO-L. Selain Army, aku juga EXO-L (penggemar EXO),” kata BR.

“Semuanya mereka perfect. Dance, nyanyi, bahkan lagu mereka buat sendiri. Kalau BTS mereka sering banget bikin lagu sendiri, album terbaru kemarin banyak banget lagu yang dibikin RM, J-Hope sama Suga. Mereka itu tiga orang key person di BTS,” paparnya.

“Enggak nyangka aja mereka bakal segede ini, siapa sih yang tahu BigHit, kan?”

Fanwar

Takaran penggemar K-pop ada yang biasa-biasa saja sampai benar-benar fanatik atau disebut sasaeng. Tak jarang, kelompok sasaeng ini melakukan tweet war dengan fandom lain ketika idola mereka dijelek-jelekkan.

“Mereka cuman main di medsos doang, cyberbullying-lah. Aku juga pernah ikut, tapi dalam dunia nyata enggak pernah,” tutur MR.

Komentar selaras juga diutarakan BR. “Jari K-popers itu memang amat sangat pedas. Kayak di medsos memang lebih berani enggak, sih?”

“Fans mereka sering fanwar sama fans lain. Ada yang jelek-jelekin BTS, mereka enggak terima. Penginnya dia perfect banget idolanya, enggak mau dihina idolanya,” tutur RJ, seorang YG Stan (penggemar artis-artis YG Entertainment).

Perseteruan sasaeng dan selebritas Tanah Air

Penggemar fanatik K-pop atau sasaeng tak jarang tampak totalitas membela idolanya. Sebagai contoh, pada Agustus lalu ketika Lisa “Blackpink” datang ke Indonesia. YouTuber Young Lex mengungkapkan kalimat tak pantas ketika melakukan unboxing album Blackpink. Ia menganggap foto-foto Lisa dapat digunakan sebagai bahan masturbasi. Pihak Blackpink Indonesia kemudian membuat petisi untuk meminta pihak acara membatalkan kehadiran Young Lex dalam acara yang mempertemukannya dengan Lisa saat itu.


Lisa "Blackpink" (Foto: via Soompi)

Selain Young Lex, selebritas Anji dan komika Uus juga pernah bersitegang dengan fan K-pop. Pada April lalu, Anji mengklaim lagu Someone Like You besutan EXO sangat mirip dengan lagu miliknya yang berjudul Kekasih Terhebat. Komentar dengan akun abal-abal membanjiri kolom komentar di postingan Anji. Kasus ini berakhir setelah pihak EXO-L menyatakan permintaan maaf secara tertulis kepada Anji atas sikap EXO-L.

Sementara prahara yang timbul antara Uus dan K-popers ketika ia menyebutkan Choi Siwon “Super Junior” sebagai sosok gay.

Nama-nama fan dan maknanya

Setiap fandom dalam K-pop memiliki istilahnya masing-masing. Di balik nama itu mereka tak sembarang memilih nama. Ada arti khusus di baliknya.

EXO-L adalah sebutan untuk penggemar EXO. Nama ini dipilih Suho (leader EXO) yang memiliki makna EXO-Love. Nama ini bermula ketika EXO terbagi menjadi dua sub-unit yakni EXO-K dan EXO-M. EXO memaknai EXO-L sebagai penggemar di tengah-tengah mereka.

ELF adalah sebutan untuk penggemar Super Junior. ELF adalah akronim dari Everlasting Friend. Mereka memaknainya dengan teman yang selalu ada.

Inner Circle dipakai untuk sebutan penggemar WINNER. Mereka menganggap penggemar adalah orang penting dan berada pada lingkaran terdekat dalam hidup mereka.

Kemudian ada VIP untuk penggemar Big Bang. VIP sendiri adalah akronim dari Very Important Person. Oleh sebab itu, Big Bang bekerja keras dan melakukan apapun demi VIP.

Shawol adalah sebutan penggemar untuk SHINee. Shawol adalah singkatan dari The Shinee World yakni dunianya SHINee.

Lalu, ada juga ARMY yang merupakan sebutan untuk penggemar BTS. Nama ARMY jika diurai yakni Adorable Representative M.C for Youth. MC adalah sebutan untuk rapper dalam dunia hip-hop. Dengan kata lain, ARMY adalah rapper yang mewakili generasi muda.

Ada juga TWICE yang menggunakan nama Once sebagai sebutan penggemar. Nama ini terbilang unik. Sekali penggemar memutuskan untuk menjadi fans TWICE, maka mereka akan mendapat cinta dua kali lipat dari TWICE.

Wanna One menggunakan nama Wannable untuk para penggemarnya. Nama ini adalah gabungan dari Wanna One dan -able. Imbuhan -able dimaknai sebagai hal yang bisa dilakukan dalam meraih apapun.

(ASA)

Let's block ads! (Why?)

http://hiburan.metrotvnews.com//indis/ybDzOxZK-fenomena-hallyu-dan-fanatisme-k-pop-di-indonesia

No comments:

Post a Comment