loading...
Diungkapkan CEO The Little Giantz, Aditya Triantoro, banyak hal yang harus dipersiapkan, salah satunya melakukan riset untuk mengetahui apa yang tengah dibutuhkan masyarakat saat ini. Pasalnya, sebelum memulai proses pembuatannya, kreator benar-benar membutuhkan banyak sumber atau masukkan, dan termasuk pesan moral apa yang akan disisipkan.
"Dalam berkarya, melakukan riset terlebih dahulu. Pasar menginginkan seperti apa, ini harus banyak melakukan riset," tegas Aditya yang juga mengungkapkan jika semakin banyak halangan, maka itu menjadi tantangan.
Kendati demikian, proses pengembangan animasi Nussa berlangsung cukup cepat. "Per serial, develop-nya cukup singkat, sebulan lebih, detail hariannya maju-mundur. Proses maju-mundurnya ini banyak," ujar Aditya.
(Baca juga: Nussa, Oase di Tengah Keringnya Tontonan Anak yang Sarat Edukasi)
Sedangkan proyek animasi "Nussa" sendiri pengerjaannya terbilang cukup singkat, yakni hanya empat bulan, padahal menurut COO The Little Giantz, Ricky Manoppo, normalnya perlu waktu minimal 1-2 tahun. Meskipun begitu, pekerjaan mereka ini melalui banyak revisi.
"Alhamdulillah, Allah memiliki cara sendiri, semuanya mengalir begitu cepat. Banyak kemudahan yang dirasa oleh teman-teman di The Little Giantz," ungkap Ricky saat wawancara eksklusif dengan SINDOnews di markas The Little Giantz di kawasan Cilandak, Jakarta Selatan, baru-baru ini.
"Web series Nussa bukan hanya jawaban dari doa, tapi juga harapan seluruh orang tua muda Indonesia akan adanya konten Islami, bermanfaat dan juga nyaman di mata. Memang salah satu tugas paling berat bagi orang tua adalah memilihkan referensi terbaik bagi anak-anak agar tidak menjadi bahaya di masa depan," jelas Ricky.
Kehadiran animasi Nussa di tengah masyarakat ini diharapkan bisa memberikan standar baru film animasi, yang tidak hanya bagus dari segi grafis, namun terdapat juga pesan moral yang kuat dalam film tersebut.
Sementara itu, terkait perkembangan animasi di Indonesia, Aditya mengutarakan bahwa perkembangannya pada dasarnya sudah berlangsung lama. Namun, industri animasi secara profesional baru berjalan dalam 2 tahun belakangan, di mana studio animasi sudah secara serius menekuni profesi ini.
"Pasar film animasi pelan-pelan sudah mulai terbentuk dan ada loyalitas pecintanya, jadi harapan dengan animasi 'Nussa' ini membuat pasar animasi ada dan bisa disandingkan karya internasional, meski juga harus ada dukungan pemerintah dan semua elemen masyarakat untuk menghargai karya anak bangsa, dan lewat 'Nussa' ini ada standar baru dalam film animasi di Indonesia," jelas Aditya.
Seiring dengan bagusnya perkembangan industri animasi, maka kebutuhan terhadap sumber daya manusia atau animator tentu menjadi meningkat. Merespons hal tersebut, The Little Giantz pun mencoba untuk memberikan ruang kepada mereka yang berbakat sebagai animator dengan program edukasi berbasis online dan offline untuk menyalurkan atau mengembangkan ilmunya."Kita butuh animator sebanyak mungkin dan sekarang sudah mulai kesulitan mencari orang karena permintaan animasi banyak. Di satu sisi bersyukur industri animasi berkembang postif, di satu sisi kebingungan kekurangan SDM animator, dan itu menjadi semangat baru buat kita," ucap Aditya.
Sebagai perusahaan yang bergerak di bidang animasi, The Little Giantz sudah banyak membantu proyek animasi dari negara lain seperti Denmark, China, Korea Selatan, Malaysia hingga Amerika Serikat.
(nug)
No comments:
Post a Comment