Pages

Saturday, December 15, 2018

Mengisahkan Perjuangan Amir Hamzah di Panggung Teater

loading...

Suasana revolusi kemerdekaan membawa ketidakpastian politik yang memicu kerusuhan di seluruh wilayah Tanah Air, tak terkecuali Kesultanan Langkat, Sumatera Utara-tempat penyair besar Amir Hamzah membangun kehidupan dan menelurkan karya.

Atas hasutan segolongan Laskar Rakyat dengan agenda politik mereka meletuskan kerusuhan sosial. Istana Langkat diserbu dan dijarah. Begitu pula dengan nasib Amir Hamzah. Amir Hamzah diculik, ditahan, dan disiksa di sebuah perkebunan, lalu dipenggal.

Seperti perpisahan Amir dengan kekasih tercinta, Iliek Sundari, juga pernikahan Amir dan Tengku Putri Kamaliah-putri Kesultanan Langkat yang penuh kepentingan politik kolonial, demikian tragisnya kematian Amir Hamzah yang diwarnai kekacauan dan intrik politik kala itu.

Semua kisah ini akan diceritakan di sebuah panggung pementasan teater bertajuk Nyanyi Sunyi Revolusi. Pementasan Nyanyi Sunyi Revolusi sebagai bentuk komitmen Titimangsa Foundation mengangkat sastra Tanah Air ke dalam seni pertunjukan.

Didukung Bakti Budaya Djarum Foundation, pementasan yang menceritakan kisah hidup penyair Amir Hamzah ini akan dipentaskan pada 2 dan 3 Februari 2019 di Gedung Kesenian Jakarta. Amir Hamzah adalah salah satu keluarga bangsawan Melayu Kesultanan Langkat, Sumatera Utara.

Lewat kumpulan puisi Nyanyi Sunyi (1937) dan Buah Rindu (1941), nama Amir Hamzah demikian penting dalam kesusastraan Indonesia. HB Jassin bahkan menyebutnya “Raja Pujangga Baru”.

Selain sebagai penyair, Amir Hamzah juga dikenal sebagai Pahlawan Nasional. Dalam melakukan riset naskah pentas mengenai sosok Amir Hamzah ini, banyak bersumber dari buku karya Nh Dini berjudul Amir Hamzah, Pangeran dari Seberang.

Pementasan ini pun salah satunya sebagai bentuk salam hormat dari Titimangsa untuk penulis kebanggaan Indonesia yang baru saja berpulang, Nh Dini.

“Saya merupakan penggemar dari puisi-puisi Amir Hamzah Puisinya penuh dengan kesenduan, tetapi juga dengan kuat mengungkapkan banyak lapisan baru dalam karya puisi pada zaman itu. Selain sebagai penyair, Amir Hamzah juga punya peran besar dalam lahirnya republik,” ujar Happy Salma, Kamis (13/12).

Masih menurut owner Titimangsa Foundation, saat masih sekolah di AMS Solo, Amir Hamzah sudah aktif bersama teman-teman sekolahnya dalam berbagai perkumpulan pemuda seperti Jong Sumatera dan Indonesia Moeda, yang menyuarakan kesadaran nasionalisme melawan kolonialisme Belanda.

“Meskipun banyak prestasi, jalan hidup Amir sesungguhnya sangat tragis. Kesedihan cinta yang diputuskan oleh politik kolonial yang bersembunyi di balik adat, juga kematiannya yang menyedihkan di tengah revolusi kemerdekaan,” kata Happy, saat syukuran dimulainya proses persiapan pementasan Nyanyi Sunyi Revolusi, bertempat di Kantor Titimangsa Foundation Jakarta Selatan.

Happy mengungkapkan, kisah hidup inilah yang terceritakan sangat apik dalam buku yang ditulis seorang Nh Dini. “Saya selalu mengagumi tulisan Nh Dini. Kekaguman saya pada Amir Hamzah dan Nh Dini inilah yang mendorong saya untuk berupaya mewujudkan cita-cita ini.

Setahun lalu, genap sudah harapan saya bahwa kisah Amir Hamzah akan dipentaskan dengan dukungan dari Bakti Budaya Djarum Foundation,” ucap Happy yang juga produser pementasan Nyanyi Sunyi Revolusi.

Naskah pementasan ini ditulis Ahda Imran dan didukung para kreator berpengalaman dan berdedikasi di bidangnya. Disutradarai Iswadi Pratama, pementasan ini akan ditangani Iskandar Loedin sebagai penata artistik, Retno Damayanti sebagai penata kostum aktris, Handradjasa sebagai penata rias, dan Jaeko sebagai penata musik.

“Kekuatan karya Amir Hamzah terletak pada estetika bahasa yang merdu, menggali kata dari berbagai khazanah bahasa lama, terutama Melayu, tapi dengan makna yang lebih segar, baru, dan sesuai dengan semangat zaman saat itu.

Let's block ads! (Why?)

https://lifestyle.sindonews.com/read/1363191/166/mengisahkan-perjuangan-amir-hamzah-di-panggung-teater-1544933880

No comments:

Post a Comment