
loading...
Bagi yang asing dengan bambu pasti akan bertanya-tanya apa mungkin bambu sanggup menahan gelombang tsunami di Laut Jawa yang sangat menghancurkan itu? Menurut pendiri Akademi Bambu Nusantara Muqoddas Syuhada, ada sekira 165 jenis bambu di Indonesia yang sudah ditemukan. Di luar itu, masih banyak jenis bambu lain yang belum teridentifikasi jenisnya.
"Termasuk jenis bambu yang bisa hidup di air asin. Kami sudah menemukan bambu yang hidup di laut. Saya temukan di Raja Ampat, Papua Barat. Ini bisa menggantikan bakau," katanya, saat berbincang dengan KORAN SINDO di Serpong, kemarin.
Baca Juga:
Bambu dari Papua inilah yang digunakan untuk pemecah ombak tsunami. Teknologi ini masih termasuk baru di dunia dan belum pernah diujicoba pada sebelumnya. "Bakau itu tumbuhnya lama, bisa puluhan tahun. Kalau bambu tiga tahun saja. Jadi batang bambu yang panjang bisa 8-16 meter itu kita tancapkan di laut. Hebatnya, bambu dibebankan berapa pun tidak akan tenggelam, karena dalamnya solid," katanya.
Saat ditanam terlalu lama di laut, bambu juga akan menjadi fosil. Berbeda dari logam yang lama kelamaan akan habis. Selama tujuh tahun melakukan penelitian, akhirnya diketahui bambu juga lebih kuat dari besi. Dijelaskan dia, pemecah ombak tsunami itu terdiri dari beberapa lapis bambu. Lapis pertama berada di tengah lautan. Sejumlah batang bambu ditancapkan ke dalam laut.
"Lalu di atasnya kami kasih botol bekas, dan dikasih tanah. Lalu di atas tanah itu ditanami bibit bambu lagi. Jenis apa saja. Kami akan lakukan bersama PT Banten West Java. Jadi, di tempat wisatanya," jelasnya. Pada lapis kedua, ditanam bambu air asin dari Papua. Bambu yang hidup ini akan menambahkan kekuatan dari terjangan ombak tsunami. Lapis ketiga hingga kelima ditanam batang bambu betung yang besar.
"Bambu-bambu itu bisa 10 meter persegi. Tinggal dihitung berapa kilo. Kami mau uji coba 1 kilo dulu, di lepas pertama 100 bibit untuk batangnya ada 10 ribu. Bambu-bambu itu yang akan membelah ombak, sehingga sampai daratan ombak hilang," terangnya.
Setelah bambu terpasang, maka tercipta wisata pantai baru. Yakni, wisata hutan bambu di bibir pantai. Teknologi pemecah ombak tsunami dari bambu ini hanya diterapkan pada titik-titik rawan tsunami. Teknologi ini juga diakuinya menghemat anggaran cukup besar. Bambu dihitung per meter persegi seharga Rp2 juta. Sangat jauh dibandingkan dengan harga beton.
"Sebelum 26 April, saat Hari Kebencanaan Nasional, ini sudah bisa dilakukan. Kita sudah observasi, dan lalukan penelitian 7 tahun di seluruh dunia. Hasil penelitiannya, bambu lebih kuat dari besi," sambungnya. Penasaran dengan teknologi baru, karya orosinil anak bangsa ini bisa langsung datangi Akademi Bambu Nusantara. Di sini, kita bisa belajar banyak hal tentang bambu.
Sementara itu, Wali Kota Tangsel Airin Rachmi Diany mengatakan, sejak didirikan pada 2015 lalu, Akademi Bambu Nusantara ini sempat mengalami pasang surut. Markas mereka hancur ditiup angin puting beliung dan mulai kembali lagi pada 2019. Perkembangan komunitas perajin bambu di Nusantara itu pun kian bertambah pesat, sehingga Pemerintah Kota (Pemkot) Tangsel merrasa perlu untuk melakukan intervensi sebagai dukungan.
"Kami akan intervensi pembangunan sarana dan prasananya, termasuk fasilitasnya. Realisasinya nanti di APBD 2020. Nantinya, Taman Kota BSD 2, Jaletreng Riverside, akan terkoneksi langsung dengan Akademi Bambu Nusantara," sambung Airin. Dia melanjutkan, pembangunan Akademi Bambu Nusantara ke depan sudah menjadi perencanaannya. Terutama, dalam mengembangkan wisata kota yang edukatif.
"Memang nanti arahnya akan ke sana, dan Taman Kota 2 dengan Akademi Bambu Nusantara akan tersambung. Sehingga, bisa menjadi wisata dalam kota alternatif. Di sini kami juga bisa belajar banyak," jelasnya.
Tidak hanya dari pemerintah kota, bantuan juga datang dari Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf). Terutama soal pembangunan dan pengembangan Akademi Bambu Nusantara, tetapi juga soal penyaluran barangnya. Kepala Bekraf Triawan Munaf mengatakan, ada enam sub sektor perhatian Bekraf. Yakni kuliner, fashion, kriya (di dalamnya ada bambu), film, musik, dan games.
"Kita ada bantuan banper dan sudah lakukan itu sejak 3 tahun lalu. Sungguh aneh jika yang terdekat tidak dibantu. Cuma yang dituntut itu program dari Akademi Bambu Nusantara. Salah satunya jadi museum bambu nasional," sambung Triawan Munaf.
Dijelaskan dia, pangsa pasar bambu di Indonesia dan dunia sangat besar. Apalagi, produk yang ditawarkan oleh ABN juga sangat bagus, dan memiliki pasar sendiri. "Kita sekarang menunggu apa yang akan diajukan. Tentu, kita sudah siap bantu. Kami juga akan menjalin kerja sama dengan Pemkot Tangsel. Potensi pasarnya luar biasa, dan tempatnya strategis," tukasnya. *hasan kurniawan
(don)
No comments:
Post a Comment