loading...
Karena itulah, restoran yang berada di Marche Vaugirard 30-32 Boulevard de Vaugirard, 75015 Paris itu diberi nama Borneo, nama lain dari Pulau Kalimantan. Apa yang membuat Menpar Arief Yahya terkagum-kagum pada anak muda berhijab yang ikut melayani sendiri para tamu yang datang ke restoran itu?
“Saya bangga! Ada anak muda Indonesia yang gigih, bermental kuat, berani menjadi entrepreneur di Kota Paris dengan membuka restoran masakan Indonesia. Berjuang sendiri, jatuh bangun, melampaui masa-masa sulit di tahun pertama, dan akhirnya berlaba di tahun kedua,” kata Menpar Arief Yahya yang berasal dari Banyuwangi itu.
Baca Juga:
Bahkan, pengakuan Melda, saat dikunjungi Menpar Arief, dia sudah 15 kali ditolak bank untuk mendapatkan kredit usaha restorannya. Kala itu dia mengajukan kredit 100 ribu Euro, dengan tenor selama 4 tahun. Dua tahun lamanya, dia berusaha dari satu bank ke bank yang lain untuk mendapatkan modal itu. “Kini restorannya cukup luas, 100 meter persegi, dan selalu ramai saat makan siang dan makan malam,” jelas Menpar Arief Yahya.
Selain itu, mendapatkan izin usaha restoran di Paris juga tidak mudah. Harus memiliki banyak standard dan selalu dikontrol oleh pemerintah. Sementara dia tidak punya basic pengalaman di bisnis restoran. Dia lebih ke marketing dan management saja.
Kini dia mulai berlaba, bisa menyicil kredit, dan makin maju. Karena itu menjadi salah satu restoran diaspora yang dipilih Kemenpar untuk bermitra sebagai co branding Wonderful Indonesia. “Saya bisa membayangkan, betapa gigihnya Melda. Perempuan, harus menghidupkan bisnisnya, menjaga customersnya, membayar tenaga kerja dan pajak-pajaknya, persiapan inventory-nya, variasi menu yang periodic, sampai financing-nya. Saya salut dan bangga,” aku Mantan Dirut PT Telkom Indonesia ini.
Arief Yahya sudah mencicipi makanan unggulannya, ada rendang, nasi goreng, soto, gado-gado dan sate. Hampir semua dipuji rasanya, sampai-sampai dia sempat incip-incip tahu penyet yang sambalnya super nendang. Sampai-sampai menanyakan: Apakah orang Prancis doyan pedas? Apa perutnya tidak takut pedas, atau justru takut tidak pedas?
“Yang datang ke sini, suka pedas. Dulu rendang saya buat tidak terlalu pedas, takut orang sini sensitif perutnya, eh ada yang protes. Katanya mereka pernah ke Indonesia dan merasakan rendang itu ada pedasnya! “ jelas Melda, saat bertemu Menpar Arief Yahya.
Melda juga menjelaskan, mengapa porsi makanannya tergolong super besar. “Ini porsi untuk ukuran perut orang Prancis yang besar. Dulu pernah saya buat dengan porsi makanan ala orang Indonesia, mereka juga complain, karena harus mencari makanan lain di tempat lain. Di sini kawasan perkantoran, atau CBD, karena itu untuk makan siang, mereka seperti di kantin, datang, pesan, makan, terus kerja lagi maunya langsung kenyang,” ungkapnya.
No comments:
Post a Comment