
loading...
Pameran yang merupakan hasil kerja sama Taman Ismail Marzuki dan Etty Mustafa Art Collection yang berlangsung di Galeri Cipta II TIM, mulai 14 Juli hingga 23 Juli 2019 ini merupakan pameran terakhirnya. Etty Mustafa mengatakan sang perupa beraliran revolutionary realism ini menutup pamerannya karena usianya yang sudah tidak muda lagi.
“Di dalam pameran ini Amrus Natalsya akan menampilkan sekitar 50 karya-karyanya yang banyak mengangkat tema social, seperti lukisan kanvas dan lukisan pahat bertema pasar, Pecinan dan patung kapal Nuh,” kata Etty.
Baca Juga:
Pameran akan dihadiri tokoh Sanggar Bumi Tarung, seperti Misbach Thamrin dan dibuka oleh Gubernur DKI Anies Baswedan. Salah satu kurator seni Indonesia Agus Dermawan mengatakan lukisan karya Amrus memiliki ciri khas yang dinilainya menemukan jejak-jejak traditional.
“Pameran tunggal ini adalah bukti keberadaan (eksistensi) Sanggar Bumi tarung dalam sejarah seni rupa indonesia sejak 58 tahun yang silam. Ketika pendirinya Amrus natalsya berumur 28 tahun saat itu,” tuturnya.
Di sisi lain, Kurator pameran Mahardika Yudha mengatakan proyek seni kehidupan masyarakat di pecinan adalah salah satu karya Amrus Natalsya yang kembangkan sejak reformasi 1998. Tema ini dipilih sebagai bentuk empatinya pada situasi masyarakat Indonesia ketika terjadi saat peristiwa Mei 1998.
Amrus memang dikenal sebagai seniman yang mengangkat tema sosial. Temanya ini bahkan membuat Amrus dikenal hingga mancanegara hingga dia melakukan beragam pameran, baik di Indonesia atau di luar negeri, sebut saja Pameran tunggal di Taman Merdeka Utara, Jakarta (1955); Pameran Lukisan di Wina, Austria (1955); Pameran "Konferensi Asia Afrika" di Bandung (1955). Pernah juga membuat Pameran Patung Kontemporer "Trienale Jakarta II" (1998); hingga Pameran tunggal “Kampung dan Metropolitan” di Galeri 678, Jakarta.
(tdy)
No comments:
Post a Comment