loading...
Di era 2000an, ketika Disney sedang getol membuat ulang film-film animasi klasiknya dalam bentuk live-action, The Lion King juga masuk daftar ini. Disutradarai Jon Favreau, yang pernah sukses menggarap versi live action The Jungle Book pada 2016, The Lion King kembali menghiasi layar bioskop dengan cerita yang sama seperti versi aslinya. Hanya, kali ini, Simba dan teman-temannya tampil dengan wajah baru. Mereka tidak tampil dalam bentuk animasi, tapi animasi komputer fotorealitistik.
Hasilnya, The Lion King tidak hanya membangkitkan nostalgia para penontonnya di masa lalu dan memberikan pengalaman baru bagi penontonnya masa kini, tapi memberikan visual yang luar biasa. Mufasa, Simba, hingga Timon tampil seperti hewan asli yang sering kita lihat di alam nyata. Semuanya itu menjadi lebih cantik dengan panorama alam yang seolah asli berada di hutan Afrika.
Baca Juga:
Dari sisi cerita, tak banyak perubahan yang dilakukan di film ini. The Lion King tetap mengisahkan tentang Simba (Donald Glover, JD McCrary sebagai Simba kecil), seekor singa yang sangat mengidolakan sang ayah, Mufasa (James Earl Jones). Simba dipersiapkan untuk menjadi raja Pridelands untuk menggantikan Mufasa suatu hari nanti. Namun, pamannya yang serakah dan penuh iri hati, Scar (Chiwetel Eijofor), menginginkan takhta itu. Dia dengan licik menyusun rencana yang menyebabkan Musafa mati dan membuat Simba meninggalkan Pridelands. Samba kemudian bertemu sesekor babi hutan bernama Pumbaa (Seth Rogen) dan seekor meerkat bernama Timon (Billy Eichner) yang hidup dengan bebas. Bersama Pumbaa dan Timon, Simba pun menjalani harinya tanpa beban sampai dia kemudian kembali ke Pridelands untuk berhadapan dengan pamannya yang licik.
Bagian awal film ini tergolong cukup muram. Kematian Mufasa yang terjadi di awal film memberikan atmosfir kesedihan di film ini. Nuansa gelap juga dari awal diperkenalkan ketika film ini untuk kali pertama menampilkan Scar di gua tempat tinggalnya. Tak terlalu banyak humor yang tercipta di sekitar seperempat bagian awal film berdurasi 118 menit ini.
Namun, kehadiran Pumbaa dan Timon memberikan nuansa yang menyegarkan di film ini. Keduanya sangat kocak dan bisa mengocok perut penonton dengan tingkah polah konyol mereka. Chit-chat pasangan hewan yang bersahabat dekat ini pun bakal mampu membuat Anda tertawa terbahak-bahak. Penampilan dua makhluk ini sangat mencuri perhatian di film ini. Bahkan, bisa dibilang, merekalah yang justru sangat dinantikan penampilannya di sini.
Satu kekurangan di film ini adalah emosi para binatang di dalamnya. Memang, agak kurang adil membandingkan versi live action ini dengan versi animasnya. Di versi animasi, para hewan-hewan itu dengan bebas bisa berekspresi lewat mimik muka mereka. Hal ini sulit diaplikasikan pada versi fotorealistik karya Jon ini. Hewan-hewan ini tidak menampilkan emosi di wajah mereka. Hanya lewat ucapan-ucapan dan bahasa tubuh merekalah emosi itu tercurah.
Meski begitu, film ini tetap menghibur. Bagi Anda yang ingin bernostalgia dengan tontonan di masa kecil Anda tanpa banyak memikirkan kekurangan di sana sini, Anda bisa kembali ke jalur kenangan dengan cerita petualangan Simba. Selain itu, sejumlah lagu di film ini pun akan membangkitkan kenangan masa kecil Anda kembali.
Film ini dibuka dengan lagu Circle of Life. Sementara, soundtrack-nya, Can You Feel the Love Tonight, hanya dinyanyikan reff-nya di film ini. Hakuna Matata juga turut tampil di sini. Namun, lagu The Lion Sleeps Tonight yang cukup ikonik di versi aslinya, bakal dibawakan kembali di film ini. Dan, tentu bakal membuat Anda ikut bernyanyi dan bahkan tertawa melihat bagaimana lagu ini dinyanyikan duet Pumbaa dan Timon.
The Lion King adalah remake dengan visual yang cukup memanjakan mata penontonnya. Meskipun kurang emosional, tapi, film ini cukup menyenangkan dan menghibur untuk ditonton.
The Lion King sudah bisa Anda saksikan di bioskop kesayangan Anda mulai hari ini, Rabu (17/7). Selamat menyaksikan!
(alv)
No comments:
Post a Comment