Jakarta: "Harapan kami pelukis Bali diberikan kesempatan tampil. Menyampaikan pesan lewat karya lukis," kata Seniman lukis Bali, Ida Bagus Putu Sena, saat berbincang dengan logat Balinya yang kental, Minggu, 2 September 2018.
Dia mengatakan, saat ini banyak seniman lukis yang lebih mengikuti selera pasar daripada bertahan dengan akar budaya, tidak lagi menjadi idealis. Keluar dari pakem. Semua itu dilakukan agar karya mereka diterima pasar.
Tidak ingin sama, Sena memilih tetap konsisten dengan akar budaya dan tradisi Bali. Sesuai dengan apa yang diajarkan para leluhurnya."Kalau saya ingin mempertahankan warisan budaya sendiri. Yang dianggap bagus oleh orang lain, tapi harus keluar dari pakem tradisi. Itu saya tidak mau. Saya bertahan dengan karakter saya. Pertahankan budaya warisan Bali,” imbuhnya.
Melawan arus tidaklah mudah, dia harus betul-betul melahirkan karya seni lukis yang berkualitas. Buktinya ia rela hanya menghasilkan satu karya lukis dalam setahun.
“Karena kita harus pikirkan ide dan teknik yang matang,” tegasnya.
Di setiap karya lukisnya, Sena selalu menampilkan sosok karakter wayang. Dia mengganggap tokoh wayang dapat mewakili keadaan dan karakter saat ini.
Selain itu, dia juga memiliki prinsip titik dan lingkar. Sebab, titik menentukan arah lingkar. “Bagaimana nilai-nilai agama sangat menginspirasi karya saya,” terangnya.
Lukisan karya Putu Sena (Foto: dok. ist)
Objek Monster
Berbeda dengan Putu Sena yang memilih karakter wayang dalam karyanya, I Ketut Budiana lebih memilih sosok monster. Karakter lukisan Budiana sangat kuat.
Memiliki aura "mistis". Karismatik. Dituangkan dalam bentuk karya yang tidak biasa.
Sebagai salah satu maestro lukisan Bali, Budiana banyak menyerap teknik lukis dari berbagai gaya. Ada gaya tradisional Bali. Dipadu gaya Barat.
Ada juga disisipi teknik lukis Tiongkok. "Buat saya, teknik lukis yang baik boleh saja kita serap. Tapi tetap, harus memiliki ciri khas. Jangan ikut-ikutan arus," tegasnya di ujung telepon.
Budiana menilai, apresiasi negara terhadap seniman Bali masih kurang. Maka itu, dia bersyukur bahwa kolektor seni Daniel Jusuf mau ikut menaikkan kembali nama seniman Bali.
"Di luar negeri karya seniman Bali sangat diapresiasi. Tapi di Indonesia masih kurang," papar pelukis "Kekuatan Ibu" itu.
Lukisan Budiana tersebut bahkan menjadi salah satu dari 100 karya terbaik di Museum Fukuoka, Jepang. Gayung pun Bersambut
Kegundahan Sena dan Budiana pun ditangkap kolektor seni Daniel Jusuf. Menghargai kreativitas dan keajegan karya Sena yang tetap bertahan dengan spiritualitas dan budaya Bali, Daniel mengapresiasi.
Begitupun dengan karya Budiana yang mistis, namun kaya makna. Menurutnya, itulah yang disebut art. Sebuah karya yang lahir dari sebuah perenungan, kontemplasi, dan pemahaman terhadap alam semesta.
Maka itu, dia tidak ragu mensponsori "Dwitunggal Painting Exhibition" dengan dua seniman sekaligus yaitu, Ida Bagus Putu Sena dan I Ketut Budiana.
Dua pameran solo tersebut rencananya dihelat di Museum Puri Lukisan (milik Yayasan Ratna Wartha Ubud). Pembukaan dihelat, Kamis, 6 September 2018 di Ubud, Bali.
Daniel memiliki tanggung jawab untuk mengangkat seniman Bali. "Pameran ini akan luar biasa. Karena langka dan tidak biasa. Pecinta seni wajib datang dan melihat sendiri karya-karya mereka," ajaknya.
"Kedua pelukis ini sama-sama menggunakan teknik lukis tradisional Bali. Tapi soal ide lukisan mereka berbeda," jelasnya.
Rencananya, pameran tersebut bakal dibuka terpisah dihari yang sama. Pameran solo I Ketut Budiana akan diresmikan oleh Gubernur Bali terpilih I Wayan Koster.
Sementara pameran solo Ida Bagus Putu Sena dibuka oleh Wakil Gubernur Bali terpilih Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati. Pameran tersebut juga bakal dibuka untuk umum hingga 1 Oktober mendatang.
(ELG)
http://hiburan.metrotvnews.com/selebritas/Wb7JoDWN-lukisan-langka-dua-seniman-bali-siap-dipamerkan
No comments:
Post a Comment