loading...
Pasalnya, kopi asal Bogor ini telah diolah menggunakan mesin sistem infused oksigen yang hargannya senilai Rp1,3 miliar. "Cold brew di-brewing atau di-infuse menggunakan tekanan oksigen. Sepuluh kilo kopi roasting atau sangrai bisa menghasilkan delapan liter kopi cair cold brew. Kopi kemudian dikemas dengan alumunium foil kedap udara berukuran 1.000 mililiter dan sachet 30 mililiter. Cara menyeduhnya, komposisi 30 mililiter menggunakan air 150 mililiter," kata Roaster dari Coffee UriJib Aldhila Putra Wedswara di Bogor, Jawa Barat, Senin (2/12).
Aldhila mengatakan, produk kopi cair kemasan ini baru diperkenalkan kepada publik. UriJib sendiri merupakan bahasa Korea yang artinya Rumah Kita. Di Korea, masyarakat mengenal kopi cold brew cair yang dikemas dan tinggal menambahkan air.
Baca Juga:
"Di Indonesia belum ada karena mesinnya ada di Korea dan memang kami belum pasarkan. Saat ini kami sedang melakukan tes pasar untuk membuat market plan B to B dan B to C-nya," kata Aldhila.
Untuk mendapatkan kopi kualitas dunia, UriJib Coffee Roast mengambil sebagian kopinya dari pengolah kopi asal Mulyasari, Sukamakmur, Bogor, dengan hasil cupping score 81.5 yang dikeluarkan oleh PUSLITKOKA, Jember. Ditambah hasil dari kompetisi yang diadakan oleh Pemkab Bogor serta IPB dalam Festival Bunga dan Buah Nusantara (FBBN) 2019 di Stadiun Pakan Sari dengan cupping score 81.37 yang menempati posisi 10 besar pada kompetisi tersebut.
Produksi kopi ini dinaungi oleh PT Cipta Ulang Sumberdaya Indonesia (CUSI) dengan dipimpin komisaris utama seorang warga Korea yang sudah tinggal lebih dari 20 tahun dan dinaturalisasi menjadi WNI. "Mesin cold brew ini berasal dari Korea. Sudah bersaing secara internasional dengan mesin Eropa yang harganya tiga kali lipat dari mesin ini. Namun, mesin ini memiliki kapasitas yang sama dengan buatan Eropa," katanya.
Lalu, bagaimana rasa secangkir cold brew ini?
Menurut Aldhila, kopi yang dihasilkan memiliki rasa konsisten dengan karakternya yang fruity dan segar. "Rasanya lebih konsisten dan ini yang membedakannya dengan kopi yang menggunakan alat proses lain," imbuhnya.
Petani kopi asal Sukamakmur, Bogor, Buana Adi Putra mengaku, bangga dengan kopi Bogor yang menjadi kopi kelas dunia. "Kami berharap, selain Korea, banyak negara lain yang juga melirik kopi robusta maupun arabika asal Bogor ini," ujarnya.
(tsa)
No comments:
Post a Comment