Lembu. (Foto: Medcom.id/Cecylia Rura)
Jakarta: Energi musik independen tak sekental dulu. Indie yang dulu diartikan tampil dengan membentuk pasar kini bergeser parameternya. Tolokukur bukan lagi dari penampil, melainkan pemerhati dan penikmat musik.
"Saya melihatnya, musisi yang ada di atas dan di bawah mulai akan bertemu di tengah entah 2020 atau 2025. Yang di bawah seolah-olah menuju mainstream dan yang di atas menuju indie-indie-an," papar Dava, drummer Polka Wars di kawasang Kemang, Jakarta Selatan, Kamis 6 Desember 2018.
Komentar selaras dituturkan Kuya, drummer The Panturas. Menurutnya, ukuran 'bagus' adalah seleksi alam untuk band indie yang dianggap memiliki taste yang memikat."Sudah melebur semuanya. Musik yang bagus dan mendapat perhatian yang bagus saja. Bahkan produk indie dan mainstream agak susah dilihatnya, membedakannya karena semua punya internet dan kesempatan," papar Kuya.
Menurut Lembu, mantan vokalis Clubeighties menilai musik sekarang dibentuk oleh kolam musik independen. Fenomena serupa yang pernah terjadi ketika pop melayu menjamur, tetapi ini semangatnya beda.
"Kalau dilihat kepemilikan Indonesia sekarang di generasi sekarang. Yang lama masih bertahan masih punya novelty, legacy, masih ada. Sekarang banyak band baru bermunculan. Kadang kalau dilihat sama kayak dulu cuma memiliki energi berbeda," papar Lembu.
"Mereka punya kekuatan. Banyak menjamur yang luar biasa. Kita yang baru kenal beberapa minggu terakhir memiliki potensi yang kuat. Ini memang generasi sekarang. Musik yang kita punya sekarang potensinya seperti ini," pungkasnya.
(ELG)
No comments:
Post a Comment