loading...
Dilansir dari Fox News, hasil penelitian ini juga meningkatkan kekhawatiran tentang potensi penyebaran penyakit melalui pemeriksaan mata rutin atau operasi mata, di mana peralatan bisa terkontaminasi dengan prion. Penelitian, yang dilakukan para peneliti di Institut Nasional Alergi dan Penyakit Menular, Universitas California di San Diego dan UC-San Francisco ini diterbitkan di jurnal mbio. Menurut National Institutes of Health (NIH), penyakit creutzfeldt-jakob merupakan gangguan neurologis progresif yang hanya mempengaruhi sekitar 1 dari sejuta orang di dunia setiap tahun.
Bentuk CJD yang paling umum adalah sporadis, yang berarti bahwa penyakit ini tampaknya tidak memiliki penyebab genetik atau lingkungan. Tidak ada pengobatan untuk CJD dan penyakit ini umumnya menyebabkan kematian dalam satu tahun setelah diagnosis. Sebelumnya, sejumlah kecil pasien dengan CJD ditemukan memiliki prion di mata mereka. Tetapi tidak jelas seberapa umum kejadian ini, atau seberapa luas protein prion di seluruh mata. Selain itu, penelitian sebelumnya dilakukan sebelum pengembangan tes yang lebih sensitif untuk prion yang tersedia saat ini.
Dalam studi baru, para peneliti menganalisis mata 11 pasien yang meninggal akibat CJD sporadis dan setuju untuk menyumbangkan mata mereka untuk penelitian. Para peneliti mendeteksi prion di mata pasien dan ditemukan prion di delapan area mata mulai dari kornea mata, lensa, cairan okular, retina, koroid (bagian dari mata yang mengandung pembuluh darah dan jaringan ikat), sklera (putih mata), saraf optik (yang menghubungkan bagian belakang mata ke otak) dan otot ekstraokuler (yang mengontrol gerakan mata).
Saat ini, cara untuk mengkonfirmasi diagnosis CJD adalah dengan menguji sampel jaringan otak setelah kematian seseorang. Namun, ada cara untuk mendiagnosis kemungkinan atau kasus yang dicurigai ketika seseorang masih hidup yaitu menggunakan analisis aktivitas listrik otak, pemindaian otak atau tes untuk prion dalam cairan serebrospinal. Kendati demikian, CJD tetap sulit untuk didiagnosis, karena penyakit ini dapat menyebabkan berbagai gejala yang mirip dengan kondisi umum lainnya seperti kecemasan, depresi, hilang ingatan, perubahan kepribadian, masalah penglihatan, insomnia, gangguan berpikir dan masalah dengan koordinasi otot.
Mengingat bahwa tingkat prion tinggi ditemukan di retina, temuan ini berpotensi dimanfaatkan untuk diagnosis awal penyakit prion dengan tes mata tertentu. Sebagai contoh, tes mata yang mengukur respon listrik dalam sel di retina dapat menunjukkan kelainan pada orang dengan CJD. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk menyelidiki bagaimana tes ini atau tes mata lainnya dapat digunakan untuk mendiagnosis CJD. Para peneliti juga mencatat bahwa sekitar 40% pasien dengan CJD mengalami gejala mata dan di awal perjalanan penyakit mereka.
Gejala mata seperti itu dapat menyebabkan pasien mengalami pemeriksaan mata, yang pada gilirannya dapat menyebabkan peralatan yang terkontaminasi yang mungkin menyebarkan penyakit. Temuan baru ini memberikan rekomendasi untuk sekali pakai atau prosedur dekontaminasi lainnya setelah pemeriksaan mata pada pasien dengan CJD.
(alv)
No comments:
Post a Comment