loading...
Nickname Beto diberikan saat dia masih kecil, diambil dari julukan umum Spanyol untuk nama depan yang berakhiran berto. Pada awalnya untuk membedakannya dari nama kakeknya yang sama. Dia adalah generasi keempat Texas yang merupakan keturunan Irlandia-Amerika. Dikutip Herald News, Beto adalah skater, mantan anggota band punk bernama Foss, dan juga bagian dari kelompok peretas yang disebut Cult of the Dead Cow saat masih muda belia.
Naiknya Beto dari punk rocker menjadi bintang underdog politik di pusaran capres AS menjadi magnet tersendiri. Sejak saat itu, banyak orang yang ingin mengetahui siapa politisi asal Partai Demokrat ini lebih dalam lagi. Mantan anggota kongres ini pun berjanji untuk menjalankan kampanye positif dan memberikan warning tentang perlunya seorang presiden Amerika yang akan serius menangani perubahan iklim, penindasan pemilih, dan menemukan cara untuk mengakhiri perang selama beberapa dekade ini.
Baca Juga:
Beto dibesarkan di El Paso, Texas, berbatasan dengan Meksiko. Dia tinggal sangat dekat dengan perbatasan sehingga teras depan rumahnya memiliki pemandangan Juarez, Meksiko. Tak heran jika kampanyenya nanti berbasis di El Paso. “Saya benar-benar bangga dengan apa yang El Paso lakukan dan apa yang diwakili El Paso. Itu adalah bagian besar dari mengapa aku maju pilpres. Kota ini adalah contoh terbaik dari negara ini yang terbaik,” sebutnya.
Dan saat ini, politisi berusia 46 tahun ini selalu tampil penuh percaya diri. Dia yakin bisa menjadi pemimpin muda yang bertanggung jawab untuk bangsa dan negaranya. “Man, aku memang lahir untuk berada di dalamnya, dan ingin melakukan semua yang aku bisa secara manusiawi untuk negara saat ini,” katanya. Padahal, jauh sebelum berada di pusaran capres, Beto tidak pernah tertarik dengan dunia politik.
Dikutip Vanity Fair, jiwanya lebih ke dunia musik dan seni. Pada masa mudanya, Beto mengaku tidak terlalu menyukai sang ayah, Pat O’Rourke, yang juga berkecimpung di dunia politik. Sang ayah pernah menjabat sebagai komisioner wilayah pada 1978 dan setelah membangun penjara baru pada 1980-an, serta menjadi hakim county di Texas.
“Ayah saya sangat kritis dan memiliki harapan yang sangat tinggi, tanpa banyak detail yang diisi,” sebutnya. Dia mengatakan sang ayah banyak memiliki harapan ke dirinya. Namun di satu titik, sang ayah berhenti berbicara ke dirinya karena dianggap tidak bisa memberikan yang terbaik.
Di sinilah sang ibu, Melissa Martha O’Rourke, mencoba melunakkan ketegangan. Namun, usaha sang ibunda tidak terlalu berhasil, Beto muda sempat ingin melarikan diri dari rumah dan El Paso. “Aku ingin keluar rumah. Saya ingin menjauh darinya dan bayangannya,” ujarnya. Keduanya memang tak pernah sejalan seirama. Sang ayah mencoba mengarahkannya ke Institut Militer New Mexico, tetapi Beto malah malah melamar ke sekolah di Virginia bernama Woodberry Forest atas saran kakeknya.
Kemudian dia masuk ke Universitas Columbia. Di sini dia dipanggil Robert, bukan Beto. Dia mengambil Jurusan Film sebelum beralih ke bahasa Inggris. Dia juga memanjangkan rambutnya lebih gondrong dan mencoba minuman keras untuk pertama kalinya.
Suatu hari seorang guru olahraga melihat dirinya di olahraga dayung dan membujuknya untuk mendayung kru. Olahraga ini membuat Beto mengenal kata disiplin dan kerja keras. Dia bangun jam enam pagi untuk berlatih setiap hari, dan makan lebih sehat, termasuk lebih banyak protein untuk menambah berat badan.
“Aku sangat menyukainya. Saya benar-benar suka melihat diri saya menjadi lebih baik atau melihat perahu menjadi lebih baik, belajar keterampilan dan disiplin yang saya tidak pernah benar-benar mengerti atau tahu ada. Pandai dalam sesuatu,” katanya. Dia pun merasa sangat senang dan bangga ketika tim kampusnya mengalahkan tim dayung Harvard. Dia pun sempat membawa dan memberikan hadiahnya untuk sang ayah. susi susanti
Gagal Jadi Musisi
Pada musim panas 1991, ketika ayahnya mendaftarkannya untuk magang dengan anggota kongres Texas Barat Ron Coleman, Beto tidak tertarik. Dia mau melakukan hanya untuk menyenangkan ayahnya. Saat itulah dia malah tertarik dengan band punk rock karena kerap menontonnya di DC.
Dia dan teman-temannya di El Paso, Arlo Klahr dan Mike Stevens sepakat membentuk band punk rock bernama Foss. Setelah merekam album pertama mereka, “The El Paso Pussycats”, mereka mengadakan tur selama sebulan. Namun, impian tidak berjalan mulus. Band ini tidak laku dan nyaris tidak pernah dipanggil untuk manggung.
Setelah lulus kuliah pada tahun 1995, Beto dan teman-temannya pindah ke Albuquerque dan menyewa rumah yang sebelumnya ditempati oleh tim ski Swedia. Mereka semua mencukur rambut mereka dan menyatakan ini sebagai “Musim Panas Revolusi”, sebagai penghormatan bagi a punk DC pada tahun 1985.
Mereka mulai memutuskan bekerja paruh waktu dan membuat karya seni. Mereka membentuk band bernama Swedia, mengenakan helm sepeda motor dan mengibarkan bendera Swedia di atas panggung. “Saya tidak ingin menghasilkan uang, tidak ingin berbisnis. Ayah saya sangat kecewa. Dia mengembalikan pinjaman kuliah. Dia tahu jika saya mengambil pinjaman.
Saya seperti, ‘Anda tahu, saya ingin membuat karya seni. Saya ingin menulis saya ingin membuat musik. Saya ingin membuat sesuatu,” tuturnya. Namun , sekali lagi, band baru ini gagal lagi. Beto pun mengaku itu adalah masa paling tertekan dalam hidupnya. Dia pun akhirnya memutuskan menjadi pengasuh di keluarga kaya di Upper West Side.
Pada tahun 1996 dia dan sekelompok teman baik dari Columbia dan El Paso pindah ke loteng tua di Williamsburg, Brooklyn, di seberang dari proyek perumahan. Dia bekerja sebagai penggerak seni untuk Hedley’s Humpers dan pamannya pada penyedia layanan internet pemula bernama El.Net, membangun situs web pertama untuk PEN American Center dan Komite untuk Melindungi Jurnalis.
Tepat pada usianya yang ke-25 tahun, dia memutuskan kembali ke kampung halamannya di El Paso. Dikutip Newsweek, dia memasuki politik ketika berhasil mencalonkan diri untuk Dewan Kota El Paso pada tahun 2005. Dan setelah dua periode, dia naik dan berhasil mencalonkan diri untuk Dewan Perwakilan AS. Dan setelah tiga periode di Washington, dia kalah melawan Ted Cruz, senator kuat dari Houston. Setelah itu, Beto terus serius di dunia politik.
Gaya Kampanye Unik
Jika diperhatikan, ada yang unik dan berbeda saat Beto O’Rourke melakukan kampanye. Dia suka berdiri di atas benda apa pun. Misalkan di atas meja atau di atas kap mobil. Seolah tidak pernah kehilangan energi mudanya, dia juga melakukan skateboard saat kampanye di Corpus Christi, Texas.
Dikutip Vox, kebiasaan berdiri di atas meja mungkin tak asing di rapat umum politik, yakni ketika pembicara utama akan naik panggung. Namun, seiring perubahan zaman, kampanye saat ini kerap dilakukan di mana saja. Entah itu di kafe, restoran, kedai kopi, atau pesta-pesta lainnya. Jadi, tak ada panggung di tempat-tempat semacam itu.
Tak heran jika Bteo memilih yang ada saja, seperti meja, kursi, atau kap mobil. Kebiasaan kampanye Beto yang unik ini pun menjadi buah bibir di berbagai media setempat. Misalkan Daily Beast menulis laporan yang berjudul, “Baristas to Beto O’Rourke: Come On Man, Get Off Our Counters”.
Salah satu pengunjung menilai Beto tampaknya berusaha lebih keras untuk menemukan cara untuk menunjukkan jika dia adalah “Everyman”. Meski terbilang tinggi, yakni sekitar 1,9 meter, Beto sebetulnya tidak harus berdiri di atas benda apa pun. Namun, ini menjadi ciri khasnya dan selalu viral di media sosial (medsos), terutama Twitter.
Dikutip In These Times, Beto kembali naik ke atas meja saat bertemu kelas pekerja di Michigan beberapa waktu lalu. Dengan memakai shirtsleeves panjang berwarna abu-abu, dia naik ke atas meja di kafe seberang Detroit dan menyampaikan pidatonya.
Mungkin aspek paling menonjol dari “tur kampanye meja” Beto di Michigan adalah liputan media yang dia kumpulkan. Detroit News yang konservatif memberi porsi liputan besar kepada dirinya. Sementara itu, koran lokal mingguan Metro Times menerbitkan ringkasan singkat tentang Beto dan mempertanyakan komitmennya untuk tujuan progresif.
Namun, ada yang mengkritik gaya berdiri ini sebagai gaya yang cukup lama atau klasik. “Tampaknya dimaksudkan untuk meningkatkan garis pandang dan mungkin secara subliminal berkonotasi kepemimpinan tetapi dalam kenyataannya mengingatkan guru bahasa Inggris keren yang menonton Dead Poets Society setiap akhir pekan,” sebut motivator Eric Thomas. (susi susanti)
Buku Favorit sang Capres
Saat wawancara dengan Vanity Fair beberapa waktu lalu, Beto O’Rourke buka-bukaan tentang beberapa bacaan nonpolitik yang mengilhami dia. Di antaranya buku The Odyssey. Dia juga jatuh cinta dengan buku The Hero’s Journey karya Joseph Campbell. Dia mengaku sangat menikmati film Star Wars yang juga terinspirasi dari karya Campbell.
Dia bahkan menghubungkan jejak kampanye dengan film-film favoritnya, membandingkan perjuangannya melawan Trump dengan setiap film epik mulai dari Star Wars hingga The Lord of the Rings. Kendati sibuk mempersiapkan pertarungan politik ke depan, dia tetap meluangkan waktu untuk buku-buku favoritnya. Baginya, banyak membaca sangat membantunya menyiapkan mental.
Penelitian menunjukkan membaca buku untuk kepuasan Anda sendiri dapat meningkatkan kesejahteraan mental dan meningkatkan kebahagiaan Anda secara keseluruhan. Melalui studi penelitian pada tahun 2013, para peneliti dari Universitas Liverpool menemukan jika membaca literatur klasik dapat menciptakan lebih banyak aktivitas listrik di otak.
Adapun penelitian lainnya dari The New School di New York menyarankan membaca fiksi dapat meningkatkan empati. Studi penelitian pada tahun 2016 dari University of Turin menemukan jika biblioterapi-penggunaan buku sebagai terapi dalam pengobatan penyakit mental-dapat membantu mengurangi gejala depresi dari waktu ke waktu. Penelitian lain menunjukkan jika membaca dapat membantu mengurangi perasaan cemas dan membantu individu melepaskan diri dari stres sehari-hari. (susi susanti)
Mirip Barack Obama?
Dalam banyak hal, kehadiran Beto O’Rourke di ajang calon presiden (capres) Amerika Serikat (AS) disamakan dengan majunya Barack Obama pada tahun 2004. Keduanya sama-sama karismatik dan memiliki cerita hidup yang unik. Dikutip New York Post, kampanye Beto juga banyak didukung selebritas. Dia menampilkan dirinya sebagai sosok muda yang santai dan progresif.
Kemiripan ini semakin terlihat nyata saat Beto resmi mempekerjakan mantan ajudan teratas Barack Obama untuk menjadi manajer kampanyenya. Dia “memasang” ahli strategi politik berpengalaman untuk memimpin organisasi yang secara efektif diawasi oleh dirinya sendiri.
Dikutip The New York Times, Jennifer O’Malley Dillon, ahli datanya adalah mantan wakil manajer kampanye Obama pada 2012. Jennifer yang juga mantan Direktur Eksekutif Komite Nasional Demokrat ini telah bekerja di lima pemilihan presiden dan sejumlah kampanye lainnya.
“Kami gembira Jen O’Malley Dillon telah bergabung dengan tim kami. Kepemimpinan, pengalaman, dan kreativitasnya akan menjadi tambahan yang bagus untuk kampanye yang sudah melakukan banyak hal untuk menyatukan orang-orang untuk mengatasi serangkaian tantangan terbesar yang pernah dihadapi negara ini,” sebut Beto.
Jennifer mengatakan akan bekerja keras untuk Beto karena dinilai mewakili “generasi baru kepemimpinan”. Dia juga akan bekerja meningkatkan kinerja dan tampilan Beto untuk memenuhi tuntutan sebagai capres, namun tetap setia pada naluri do-it-yourself dari seorang kandidat yang senang mengemudi sendiri ke acara kampanye.
Dia mengatakan ingin membangun “operasi yang asli” untuk Beto dan juga efisien dan memungkinkan kita terlibat langsung dengan pemilih. “Kita harus membangun sesuatu yang benar-benar spesial dan unik baginya,” ujar Jennifer.
Demi tugas barunya, Jennifer mengambil cuti dari perusahaan konsultan yang berbasis di Washington, Precision Strategies, dan akan membantu peluncuran kampanye resmi Beto di El Paso, sebelum menetap di sana pada bulan Mei mendatang. Sebelumnya Jennifer mengatakan tidak berencana untuk terlibat di pilpres pada 2020 nanti. Namun, dia mengaku tersentuh pesan yang disampaikan Beto.
“Kepemimpinannya, energinya, keyakinannya jika Anda tidak perlu mensegmentasi pemilih dan Anda bisa menjadi presiden untuk semua pemilih. Orang-orang mencari itu,” sebutnya. Sama seperti Obama, Beto juga mendapatkan banyak dukungan dari beberapa kalangan. Seperti politisi, pemain basket, hingga kalangan artis.
Dikutip City & State New York, beberapa politisi menyatakan memberikan dukungan kepada Beto O’Rourke. Di antaranya dua anggota delegasi Kongres New York, yaitu perwakilan AS Sean Patrick Maloney dan Kathleen Rice. Keduanya menjadi politisi pertama dari delegasi Kongres New York yang mendukung Beto di gelaran capres AS.
Lalu, apa yang membuat Rice dan Maloney sangat ingin mendukung? Mungkin hubungan pribadi yang terjalin baik, keinginan untuk memberi tanda moderasi, dan memilih capres yang dianggap memiliki kualitas terbaik menurut mereka.
Sebelumnya, Beto juga mendapat dukungan dari atlet dan artis saat melaju di pemilihan kembali anggota senat pada tahun lalu. Dikutip Highs Nobiet, pemain basket AS LeBron James juga ikut mendukung Beto. Ini terlihat saat dia mengenakan topi bertuliskan “Beto O'’Rourke for Senate” saat bermain di San Antonio tahun lalu. Beto juga mendapat dukungan dari rapper Travis Scott.
(don)
No comments:
Post a Comment