loading...
Dari sisi garis besar ceritanya, Perburuan bercerita tentang seorang mantan komandan pleton pembela tanah air (PETA) bernama Hardo yang dikejar-kejar oleh tentara Jepang karena dianggap musuh negara. Hardo adalah seorang guru yang kemudian ikut menjadi anggota PETA.
“Aku memerankan Ningsih yang merupakan tunangannya Hardo seorang guru yang anak dari salah satu orang yang punya kedudukan di daerahnya. Dari situ juga ada konflik secara politik ada yang bikin jadi sulit untuk segera melangsungkan pernikahan karena Hardo lagi berjuang untuk Indonesia dan kalau Ningsih sendiri berjuang lewat keberanian dia. Bisa dibilang karakter Ningsih ada sosok Hardo didalamnya. Maksudnya. menjadi orang yang tumbuh secara mandiri dan pintar untuk bangsanya,” kata Ayushita kepada SINDO seusai jumpa pers film Bumi Manusia dan Perburuan di RBOJ Coffe, kawasan Warung Buncit, Kamis (1/8) malam.
Baca Juga:
Untuk proses syuting sendiri, diakui oleh salah satu personel grup vokal Bukan Bintang Biasa ini memberikan pengalaman berkesan untuknya. Baginya, bukan hal mudah untuk melakukan syuting film ini karena medan yang gak mudah untuk dijelajahi.
"Semua proses syutingnya tak terlupakan. Karena medannya berat-berat, susah situasi dan kondisinya, agak cemas saat itu. Prosesnya syutingnya sampai 20 hari," kata Ayushita.
Ayushita mengakui tidak terlalu kesulitan dalam pendalaman karakter dan menghafalkan skrip. Meskipun di novelnya, Perburuan kerap menggunakan padana kata yang sudah jarang dipakai sehari-hari, tapi Ayushita bisa memahaminya tanpa banyak kesulitan karena sebelumnya pernah memerankan Kartinah di film Kartini.
“Ada kata-kata yang nggak dipahami. Bahasanya sudah nggak dipakai lagi, dan akhirnya kami rembukin dulu cara pakainya gimana. Untungnya saya dan Adipati pernah main film yang setipe di era 1940-an juga kan, jadi punya bekal pengalaman. Justru menghafal skripnya di tengah kesibukan kami sih,” kata dia.
Lebih lanjut, aktris yang memulai debut akting bermain film Me vs High Heels mengaku kagum terhadap sosok Pramoedya Ananta Toer. Menurut dia, Pram adalah sosok yang berani mewakili suara rakyat yang tak bisa bersuara di zaman tersebut.
“Pramoedya orang yang sangat berani, berprinsip punya sudut pandang yang bisa mewakili orang-orang yang nggak bisa ngomong pada zamannya. Dia nggak berhenti ketika dihalangi untuk bersuara, walaupun dari dalam penjara. Itu berani sekali ya. Walaupun nggak semua karyanya berhasil dipublikasikan, menurut saya dia orang yang dipilih Tuhan untuk menyampaikan sesuatu kepada rakyat,” tutur Ayushita.
Kekagumannya pada Pram pun membuat Ayushita bahagia saat ditawari terlibat dalam film Perburuan. “Bicara soal Perburuan, Pram adalah penulis keren yang berani. Membuat kami menjadi manusia yang lebih bersyukur. Nggak pernah terbayang akan main film ini. Happy banget saat ditawari,” ujar dia.
(alv)
No comments:
Post a Comment