Pages

Saturday, November 17, 2018

Imajinasi Liar Teater Koma dalam Lakon Asmara Raja Dewa

loading...

Pentas Mahabarata: Asmara Raja Dewa di Graha Bakti Budaya Taman Ismail Marzuki (TIM) Jakarta pada Kamis (15/11) benar-benar menjadi panggung kreatif Teater Koma.

Produksi ke-154 dari kelompok teater yang berdiri sejak 1977 ini memiliki tata artistik berbeda dan bisa dikatakan lebih spektakuler ketimbang produksi-produksi sebelumnya.

Meski tetap memegang teguh pada pakem panggung teater, namun dalam pementasan Mahabarata: Asmara Raja Dewa ini, sang sutradara Nano Riantiarno mencoba berkompromi dengan menghadirkan kecanggihan teknologi animasi dengan visualisasi modern yang begitu memanjakan mata.

Alhasil, cerita yang berlatar di langit dan angkasa ini mampu ditampilkan secara langsung lewat animasi tiga dimensi di atas panggung. Imajinasi tentang perkasanya pertempuran dewa terealisasi dengan apik layaknya menonton film dengan animasi mumpuni.

Sejatinya, teknik penampilan animasi di atas panggung tersebut sudah dilakukan Teater Koma pada pentas sebelumnya yakni Gemintang. Namun, dalam pementasan kali ini animasi ditampilkan dengan proporsi yang lebih banyak dan dipadu dengan efek suara yang sangat mendukung.

Adegan yang biasanya hanya ada dalam imajinasi pikiran terasa mencuat keluar dan tumpah secara nyata dalam bentuk visual di atas panggung. Muncul menghentak, kemudian membuat hidup seisi panggung dan pecah.

Entakan pertama hadir ketika Antaga (kemudian menjadi Togog) dan Ismaya (kemudian menjadi Semar) bertarung untuk membuktikan siapa yang lebih kuat di antara mereka berdua. Keduanya terbang ke atas langit dan bertempur.

Inovasi yang dihadirkan dalam animasi ini berhasil dijalankan, membuat suasana pertunjukan menjadi lebih hidup dan membuat penonton penasaran mengenai apa lagi yang akan dimunculkan.

Tiba-tiba, layar tipis putih terbentang menutupi panggung, proyektor menembakkan beragam efek, mulai petir, bola dunia, api, asap, dan lainlain. Antaga bertarung dengan Ismaya di belakang semua efek itu, membuat pertarungan menjadi lebih hidup dan sangat dramatis.

Tak sekadar menghadirkan animasi panggung, kecerdasan Rima Ananda-selaku penata busana pementasan-juga sangat luar biasa. Dalam seketika busana dan tampilan karakter para pemain berubah tanpa harus pergi ke belakang panggung layaknya pementasan pada umumnya.

Lagi-lagi, Teater Koma mewujudkan magis di atas panggung, hingga beberapa karakter seperti Ismaya, An taga, Gareng, dan Petruk mampu diceritakan berubah wujud dalam sekejap. Visualisasi dan kostum mutakhir ini tentunya mampu menjadi standar baru pementasan Teater Koma atau mungkin teater lain di Indonesia.

Secara keseluruhan, kolaborasi proyeksi animasi, efek suara, dan tata lampu mampu menunjukkan Teater Koma sebagai teater yang tetap terus berkembang mengikuti perkembangan zaman, meski di sisi lain masih memegang prinsip pakem pertunjukan teater.

Pembuka Lakon-Lakon Mahabarata

Pentas Mahabarata: Asmara Raja Dewa diadaptasi dari karya sastra kuno India yang terdiri atas delapan belas kitab bernama Astadasaparwa. Di bawah asuhan Nano Riantiarno dan sang istri, Ratna Riantiarno, sebagai pimpinan produksi, pementasan kali ini didukung penampilan Idries Pulungan, Budi Ros, Sari Madjid, Alex Fatahillah, Dorias Pribadi, Daisy Lantang, Ratna Ully, Asmin Timbil, Raheli Dharmawan, Toni Tokim, Bayu Dharmawan Saleh, Angga Yasti, Rangga Riantiarno, dan lainnya.

Mahabarata: Asmara Raja Dewa dipentaskan di Graha Bhakti Budaya, Kompleks TIM pada 16 hingga 26 November. Lakon ini mengangkat kisah kehidupan para dewa dan wayang, yang menjadi titik terawal untuk lakon-lakon lainnya dari semesta Mahabarata salah satunya penciptaan Semar dan Togog.

Let's block ads! (Why?)

https://lifestyle.sindonews.com/read/1355643/166/imajinasi-liar-teater-koma-dalam-lakon-asmara-raja-dewa-1542508520

No comments:

Post a Comment