Pages

Saturday, December 8, 2018

Interpretasi Seniman Muda atas Sejarah

loading...

JAKARTA - Sejumlah seniman muda berkumpul memamerkan karya terbaiknya yang merupakan interpretasi atas sejarah yang artistik lewat pameran exi(s)t 2018.

Pameran bertema From Another Time ini mengajak kita terutama generasi milenial untuk memahami karya seni dengan torehan grafis indah dan kemasan kekinian.

Sebagai acara tahunan dia.lo.gue artspace, program ini bertujuan memberi kesempatan bagi seniman muda bertalenta yang berdomisili di Jakarta untuk berpartisipasi dalam rangkaian lokakarya, diskusi, dan pameran dengan suatu tema kuratorial yang khusus.

Tahun ini exi(s)t mengundang Evelyn Huang dan Stella Katherine, dosen dan kurator dari Jakarta, untuk berperan sebagai kurator dan menghadirkan karya seniman muda, antara lain Alexandra Karyn, Aziz Amri, Ella Wijt, Rummana Yamanie, Semburat, Sherchle, Tandika Cendrawan, dan Yovista Ahtajida.

FX Harsono selaku pembuat program dan di balik layar pameran exi(s)t mengatakan, tema besar untuk program exi(s)t mengulik aspek kesejarahan dalam rentang interpretasi artistik seluas-luasnya.

Peristiwa sejarah yang epik, mitos, tradisi lisan, narasi personal, dan politisasi sejarah merupakan sebagian topik yang ditanggapi oleh deretan seniman muda kreatif dan bertalenta berbasis di Jakarta yang tergabung dalam program ini.

“Tema pameran ini berusaha menangkap dan sekaligus menampilkan sejarah melalui kacamata anak muda. Walaupun tidak bermaksud mengumbar kekinian yang menjadi salah satu kata kunci populer di generasi milenial dan gen Z, tidak dapat dimungkiri bahwa penonton akan menangkap interpretasi seniman, tentang bagaimana mereka mengartikan persoalan atau tema yang diangkat ini dalam karya mereka, itu yang penting.

Ini juga membawa generasi memandang atau memahami fragmen-fragmen sejarah yang bermakna bagi diri mereka dalam berbagai karya seni melalui pameran ini,” ujar Harsono.

Lewat pameran ini, lanjut Harsono, pihaknya selalu punya harapan bahwa Indonesia akan menghasilkan seniman muda yang baik untuk seni rupa Indonesia dan kemudian bisa masuk kancah yang lebih besar baik nasional maupun internasional.

“Dalam pameran seni ini saya hanya memberikan jalan kepada seniman muda ini agar mereka itu bisa membuat atau memproduksi karya dengan cara yang benar, agar bisa diapresiasi.

Dan itu sudah terbukti, bahwa seniman jebolan exi(s)t ini seperti Yaya, Conte Edhita, Wangsit serta sejumlah alumni yang sudah berpameran di Melbourne, Tokyo, Yokohama,” paparnya.

Pada tahap awal, tim kuratorial yang terdiri atas Evelyn Huang dan Stella Katherine memberikan esai singkat mengenai sejarah alternatif sebagai pemantik eksplorasi yang akan dilakukan oleh para seniman terkait dengan minat dan ideologi mereka.

Serangkaian lokakarya dan diskusi intensif dari pembicara yang diundang memberikan pemaparan akan sejarah dari berbagai perspektif. Timoteus Anggawan Kusno, seniman yang kerap menghadirkan tema sejarah fiktif; Victoria Tunggono, penulis fiksi yang tertarik dengan okultisme Jawa; Lilawati Kurnia, yang berprofesi sebagai dosen kajian budaya; dan Saleh Husein, seniman yang akhir-akhir ini berkarya dengan tema sejarah personal, kesemuanya membawa seniman dalam diskusi yang berkelanjutan hingga membaurkan batas antara mitos, fakta, dan iman.

Alexandra Karyn, salah satu seniman muda bertalenta yang terlibat di acara ini membuat kisah bertolak dari jargon “sejarah adalah sekarang dalam bingkai media koran”. “Tema yang saya angkat ‘Sejarah adalah Sekarang ‘.

Dan, ada dalam dua bentuk, salah satunya dalam bingkai media koran,” kata Alexandra Karyn. Seniman lain Rummana Yamanie pun terlihat begitu total mengolah temuannya akan sosok perempuan yang multi-peran.

Let's block ads! (Why?)

https://lifestyle.sindonews.com/read/1361265/166/interpretasi-seniman-muda-atas-sejarah-1544330471

No comments:

Post a Comment