Jakarta: Faster than a bullet. Terrifying scream. Enraged and full of anger. He is half man and half machine. Rides the metal monster. Breathing smoke and fire.
Nukilan lirik Painkiller milik Judas Priest di atas rasanya cocok ditujukan bagi sang pemilik lagu. Di usia yang mayoritas menuju kepala tujuh, para personel Judas Priest tak ubahnya seperti mesin yang terus menderu-deru dan penuh gairah. Hal itu mereka buktikan saat menggelar konser perdananya di Indonesia pada Jumat, 7 Desember 2018 malam.
Judas Priest tampil dengan formasi Rob Halford, Richie Faulkner, Ian Hill, Scott Travis dan Andy Sneap yang menggantikan posisi Glenn Tipton. Tepat setelah lagu War Pigs milik Black Sabbath berhenti diputar, panggung gelap seketika. Para penggawa grup berjuluk Dewa Metal lalu muncul satu per satu. Ribuan orang yang memadati Allianz Ecopark Ancol, Jakarta, langsung merangsek ke depan panggung.Firepower dipilih sebagai lagu pembuka. Meski terbilang lagu baru, penonton rupanya banyak yang sudah hapal di luar kepala lirik lagu ini. Firepower merupakan album terbaru Judas Priest yang baru dirilis pada Maret 2018. Kedatangan Judas Priest ke Indonesia pun dalam rangka promo album ini.
Konser Judas Priest di Jakarta (Foto: ist)
Tanpa jeda, Judas Priest langsung menggeber dengan lagu Running Wild dan Grinder. Usai lagu ketiga, barulah Rob yang mengenakan jaket silver dan kacamata hitam mulai menyapa penonton.
"Halo Indonesia, apakah kamu siap? Apakah kalian siap?" ucap Rob sebelum membawakan lagu Sinner.
Distorsi gitar Richie Faulkner seolah terus mengajak penonton untuk menganggukkan kepala. Andy Sneap tak mau kalah. Dia seperti tak ingin tampil mengecewakan dengan mengerahkan kemampuan terbaiknya ketika membawakan lagu-lagu seperti Ripper, Desert Plains atau Green Manalishi. Rob lebih gila lagi. Dia tak henti-hentinya bernyanyi mengelilingi panggung sambil menyapa penonton. Vokalnya masih prima. Teriakan khas Rob juga belum luntur. Ian Hill mungkin personel paling "jinak" malam itu. Dia tampak asyik dengan alat musik yang dia kemudikan dan tak banyak berpindah dari posisinya.
Judas Priest di Jakarta (Foto: Medcom/Elang)
Selain membawakan lagu-lagu hit lama, Judas Priest juga mengenalkan lagu-lagu yang ada di album terbaru mereka seperti Lightning Strike, Rising from Ruins, dan No Surrender. Suguhan tata suara dan audio visual mumpuni semakin membuat aksi Judas Priest terasa paripurna.
Karaoke massal terjadi ketika Turbo Lover, lagu Judas Priest yang dirilis pada 1986. Setelahnya, mereka sedikit menurunkan tempo ketika membawakan lagu Night Comes Down. Namun, lagu bertempo lebih cepat seperti Freewheel Burning kembali mereka nyanyikan.
Aksi ikonik yang paling ditunggu akhirnya tiba. Rob masuk menerobos panggung mengendarai motor Harley Davidson. Dia lalu diam sejenak di atas motor sambil bernyanyi Hell Bent for Leather. Gemuruh penonton semakin menjadi-jadi ketika Judas Priest melanjutkan aksinya dengan Painkiller.
Rob Halford (Foto: Medcom/Elang)
Penonton sepertinya sudah tahu Judas Priest sedang melakukan encore meski Rob sempat menyebut Painkiller adalah lagu terakhir mereka. Tak satu pun penonton beranjak. Benar saja, Judas Priest kembali masuk ke panggung dengan kejutan munculnya Glenn Tipton memegang gitar. Kondisi Glenn memang mulai melemah akibat parkinson sehingga tidak memungkinkan untuk bermain penuh.
"Ketika kami memulai rangkaian tur ini, kami sedikit bingung untuk memilih tempat mana yang akan dijadikan penutup. Lalu kami akhirnya memilih kalian, di Jakarta," seru Scott Travis dari balik drum.
Glenn Tipton dan Ian Hill (Foto: Medcom/Elang)
Lagu Metal Gods kemudian dipilih sebagai permulaan aksi Glenn Tipton menjumpai penggemar yang ikut menantinya. Lagu Judas Priest terkenal lainnya yaitu Breaking The Law dibawakan sebelum mengakhiri pentas dengan lagu Living After Midnight. Total mereka tampil selama 1,5 jam dengan membawakan 19 lagu.
Kedatangan Judas Priest ini memang bukan semata menjual nostalgia. Band pemilik 18 album ini tidak datang hanya untuk mengajak penonton mengenang masa jaya mereka di lintasan musik cadas. Lewat album Firepower, band yang berdiri sejak 1969 seperti hendak membuktikan bukan sekadar macan panggung, tapi juga masih produktif di studio rekaman. Lagu No Surrender yang ada di album terbaru mereka mungkin mewakili sikap Judas Priest saat ini. Sebuah sikap yang menegaskan jika mereka masih belum mau menyerah.
Chasing a dream as I go higher
Playing it mean, my heart's on fire
Living my life, ain't no pretender
Ready to fight with no surrender
(ELG)
http://hiburan.metrotvnews.com/musik/3NOBGl3K-konser-perdana-judas-priest-di-jakarta-yang-paripurna
No comments:
Post a Comment