Pages

Saturday, November 3, 2018

Interview: Perjalanan Karier Musik Oncy Hingga Vakumnya Ungu

Suara.com - Musisi Arlonsy Miraldi atau yang kerap disapa Oncy mengawali karier bermusik bersama grup band, Funky Kopral. Meskipun begitu, nama Oncy justru mulai melambung semenjak ditetapkan sebagai gitaris tetap Ungu.

Oncy mengingat dengan jelas kejayaan yang berhasil diraihnya saat nge-band bareng Pasha cs itu. Rasa-rasanyanya tiada hari tanpa manggung dari satu kota ke kota lainnya. Basis penggemar mereka, Cliquers di Indonesia pun boleh dibilang cukup besar.

Musisi Endah dan Onci berpose saat berkunjung ke kantor Redaksi Suara.com, Jakarta, Rabu (31/10). [Suara.com/Muhaimin A Untung]
Musisi Enda dan Onci berpose saat berkunjung ke kantor Redaksi Suara.com, Jakarta, Rabu (31/10). [Suara.com/Muhaimin A Untung]

Sayangnya, band yang hits dengan lagu Demi Waktu itu memutuskan vakum di puncak popularitas. Sang vokalis, Pasha memilih terjun ke politik praktis sebagai Wakil Walikota Palu, Sulawesi Tengah dan rehat dari dunia musik.

Oncy bilang, vakumnya Ungu meninggalkan dampak besar bagi kehidupannya. Dia bahkan sempat membuat band baru, Volmax untuk terus menjaga eksistensi kariernya di industri musik.

Tak hanya itu, kekinian, suami Endhita ini juga membentuk duo bareng rekan band-nya di Ungu, Enda yang diberinama 'Enda dan Oncy' dengan alasan serupa.

Lebih lanjut, berikut wawancara lengkap Suara.com bersama Oncy soal perjalanan karier bermusiknya hingga Ungu dinyatakan vakum.

Boleh diceritakan awal karier bermusik Anda?

Aku tuh pertama kali dikenali musik sama bokap. Tepatnya dulu nyanyi. Karena di tempat bokap dulu ada tempat karaoke. Bokap ngajakin 'Ayo nyanyi nyanyi'. Kebetulan aku lagi suka nyanyi, suka sama musik juga. Terus bokap juga akhirnya kenalin sama gitar. Barulah dari situ aku jatuh cinta sama gitar. Nah pas di SMP aku kenal sama temen-temen, dari situlah terbentuk Funky Kopral. Karier aku dari situ.

Tahun berapa itu?

Mulai rilis album pertama Funky Kopral, pokoknya pas aku kelas 2 SMA. Dua album aku sama Funky Kopral. Tapi tahun 2001 aku cabut dari Funky Kopral. Habis itu jadi additional player kemana-mana. Salah satunya buat Aryo Wahab dan Ungu. Kemudian tahun 2003 baru aku fix gabung sama Ungu jadi member. Dari situlah saya sedikit lupa, pokoknya lahir 14 album atau 17 album sama Ungu. Sampai detik ini masih sama Ungu. Cuma emang bikin band lagi Volmax. Dan bikin duo juga sama Enda terakhir.

Bangun karier baru lagi dong waktu bentuk Volmax?

Tentunya, pastinya. Tapi dibantu teman-teman Cliquers, label juga dengan besar hati menerima kita. Teman-teman manajemen juga membantu. Semua harus gerak. Dan medsos yang sekarang yang sudah semua orang bisa buka Youtube dan Instagram. Jadi nggak bisa dibilang kita mandek gara-gara Ungu vakum.

Keadaan Ungu pas Pasha putusin masuk politik praktis gimana?

Pasha itu sebenarnya sudah minta restu, ngomong mau maju sudah tahun-tahun sebelumnya. Jadi kita sebagai sahabat memang harus mensupport keputusan dia. Tapi sebagai partner musik tentunya kita keberatan pada saat itu. Karena memang kita langsung mikir, aduh kita kemana nih. Cuma sekali lagi waktu itu aku mikir nggak bisa gitu, kita harus mandiri. Dari situlah aku ngomong sama mas Enda buat bikin grup yang lagi in sekarang. Akhirnya terbentuklah Volmax pada saat itu. Lumayan sih tetap menjaga eksistensi temen-temen berada di titik ini.

Kalau kondisi Anda waktu Ungu vakum gimana?

Semua tempat kalau dibilang di atas, berjaya, merintis semuanya ada masalahnya sih. Justru menurut saya waktu kita berjaya kita mengalami masa bosen, mentok nggak tahu mesti ngapain. Mungkin bisa dibilang 'nganggur' juga. Itu kan termasuk hal negatif yah. Dengan adanya kejadian ini jadi ngerti, belajar. Kita harus mandiri. Di sini, aku sendiri sempat nyanyi sendiri, cari job sendiri. Belajar hal seperti itu.

Itu kejadian pas Pasha jadi Wakil Walikota Palu?

Yah kita lihat kenyataan saja sih. Semenjak Pasha jadi Wakil Walikota, Ungu jadwalnya paling sebulan sekali atau dua kali. Memang masih bisa main. Cuma di luar itu kita mau ngapain? Yah mau nggak mau me-manage karier kita sendiri.

Kalau kamu gimana cara me-manage-nya?

Untungnya ada unsur keberuntungan juga di Instagram. Tinggal upload nyanyi, main gitar, terus ada yang DM (direct message), 'Mas bisa nggak main (manggung) sendiri?' 'Oh iya bisa bisa'. Dari situlah banyak kenalan. Salah satu menjaga eksistensi menurut aku yang berhasil aku lakuin saat ini adalah aktif melakukan yang aku kerjakan seperti nyanyi dan main gitar. Dan berharap orang ngelihat.

Terus setelah terakhir bentuk duo sama Enda, karier kamu sudah stabil lagi?

Aku justru lagi menikmati saat-saat seperti ini. Dimana aku promo lagi kayak dulu. Terus rekaman lagi, ke studio lagi, terus ketemu orang-orang baru lagi. Kalau dulu Ungu sudah dijadwalkan, jadi jalannya flat flat saja. Ada masalahnya pasti. Kalau sekarang ini jadi punya semangat mengerjakan sesuatu yang baru. Aku bersyukur bisa dibilang karier cukup stabil lagi. Baru kemarin ada tur dua kota bareng Enda dan Oncy.

Terus istri kamu, Endhita balik akting lagi yah?

Endhita main film lagi, film barunya Ambu. Dia emang tidak pernah bilang mau setop sih untuk itu. Dan nggak ada peraturan yang mengikat di rumah kita. Kayak aku kenal dia pertama kali, dia sebagai aktris, sebagai model. Yah apa pun yang dia kerjain nggak bakal berubah sampai sekarang. Apalagi dia suka.

Didukung sama kamu juga?

Oh iya dong. Kebetulan anak kita agak gede jadi bisa ditinggal-lah untuk kerjaan. Itu kan passion. Kalau nggak dikeluarkan bisa stres.

Bukan karena faktor ekonomi yah keputusan Endhita main film lagi?

Wow faktor ekonomi? Yah aku sih nggak memungkiri kalau ada saat-saat jaya, ada saat-saat turunnya. Tapi yang terpenting adalah kesuksesan kita diukur bagaimana kita bertahan. Sejauh ini kita bertahan, karena kita menabung.

Ke depannya target apalagi?

Aku mau serius dulu di proyek Enda dan Oncy ini. Karena kita sudah siapin dua proyek single. Satu single sudah keluar yang judulnya Apa Kabarmu, satu single lagi tinggal tunggu timing. Pokoknya bakal terus mengerjakan semua hal yang berbau musik. Kayak di YouTube kita tetap kerjain cover cover lagu gitu.

Mungkin ke depannya ada rencana buka sekolah musik?

Aku ngerasa nggak bisa. Sekolah musik harus punya kurikulum. Harus bisa baca not balok. Orang otodidak kayak saya nggak bisa baca not balok. Cuma mengandalkan kuping untuk nulis lagu.

Belajar musik emang secara otodidak yah?

Kita belajar sendiri. Cuma dasarnya not baloknya saja yang belajar.

Nggak berpatokan sama not balok dong kalau bikin lagu?

Nggak semuanya bisa baca not balok. Dan aku termasuk yang nggak bisa. Sama saja sih sebenernya kayak main basket, ada bukunya, tapi kalau latihan terus-terusan pasti jago. Jadi kayak main musik. Kalau sudah paham chord-nya pasti bisa. Saya seperti itu.

Let's block ads! (Why?)

https://www.suara.com/entertainment/2018/11/04/090100/interview-perjalanan-karier-musik-oncy-hingga-vakumnya-ungu

No comments:

Post a Comment