loading...
KMPA 2019 akan digelar di Lapangan Umum Simpang Lima, Atambua, Belu, Nusa Tenggara Timur (NTT), 8-9 Maret 2019. Sebagai festival crossborder, even ini akan menampilkan dua bintang asal Indonesia dan Timor Leste. Tepatnya, d’Masiv dan Gerson Oliveira. Ada juga Harmony Band dan Band Competition hingga parade seni dan budaya tradisional.
Di balik keseruan yang bakal tersaji, Atambua juga memiliki kuliner yang siap dieksplorasi. “KMPA 2019 menjadi spot liburan terbaik. Evennya digelar ideal 2 hari. Wisatawan memiliki waktu untuk mengekplorasi semua potensi wisata di sana. Selain destinasi, Atambua dan NTT ini punya kuliner yang luar biasa unik. Rasanya juga sangat nikmat. Kuliner ini jadi kekayaan tak ternilai NTT,” ungkap Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran I Kemenpar Rizki Handayani, Jumat (1/3/2019).
Baca Juga:
Keunikan kuliner Tanah Timor bisa dilihat dari namanya. Seperti aka bilan, ut filun, ai uhik kuhus, batar sokur, ut moru, ai uhik hoban, dan ai uhik tunun. Mari eksplorasi kuliner ini dari aka bilan yang merupakan sagu bakar. Bahan baku berupa sagu, kelapa parut, kacang hijau, dan garam. Adonan bahan baku itu lalu diletakan pada babilak yang terbuat dari tanah. Berikutnya, dibakar di atas tungku.
“Atambua banyak memiliki kuliner tradisional. Nama-namanya sangat unik bahkan terkesan asing. Tapi, cita rasanya luar biasa. Bahan baku dan pengolahannya dilakukan secara alami. Hal inilah yang semakin membuat nikmat rasanya,” terang Rizki lagi.
Tanah Timor juga memiliki kuliner ut filun dengan bahan baku jagung muda. Setelah biji jagung muda dilepas dari tongkolnya, lalu ditumbuk hingga halus. Tumbukan halus ini lalu dibungkus dengan daun jagung, berikutnya dikukus. Untuk menyantapnya biasanya ditemani sayur pucuk daun labu atau familiar juga sebagai modo rotok toos.
Selain ut filun, Tanah Timor juga menyajikan ai uhik kuhus. Kuliner ini terbuat dari tepung singkong kering. Tepung ini lalu dicampur dengan air, parutan kelapa, gula merah, lalu diletakkan pada nyiru, wadah yang terbuat dari anyaman daun lontar. Berikutnya, panaskan air dalam henek atau periuk tanah. Taruhlah adonan dalam kakuhus untuk dipanaskan dengan uap air panas.
“Bahan baku kuliner ini sebenarnya dijumpai dalam keseharian. Meski proses pembuatannya terlihat sederhana, tapi cita rasanya sangat nikmat. Apalagi, kalau komposisi adonannya tepat. Rasanya semakin nikmat saja bila dinikmati di wilayah Atambua yang sangat khas,” jelas Kiki, sapaan Rizki Handayani.
Kuliner lainnya adalah batar sokur. Kuliner ini juga familiar sebagai jagung bose. Sesuai namanya, bahan baku utamanya biji jagung. Untuk membuatnya, jagung ditumbuk lalu dibersihkan. Campurkan kacang tanah, hijau, dan turis, lalu direbus selama 3-4 jam lamanya. Untuk lauknya bisa dipilih sambel terasi lengkap dengan teri, tomat, dan cabai.
“Kekayaan kuliner di Atambua luar biasa. Olahan kuliner yang terlihat sederhana justru terasa nikmat. Hal ini memang ditopang oleh sensasi alam dan budayanya di sana. Jadi, untuk menikmati kuliner ini, harus di Tanah Timor,” kata Asisten Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran I Regional III Kemenpar Muh. Ricky Fauziyani.
Tanah Timor juga memiliki ut moru. Kuliner ini terbuat dari tepung jagung halus. Adonan dicampur dan parutan kelapa, langkah berikutnya digoreng. Namun, menggorengnya secara kering tanpa minyak. Kuliner unik lainnya adalah ai uhik hoban yang terbuat dari potongan singkong kering.
Untuk mengolah ai uhik hoban, potongan singkong kering ini direndam semalaman. Setelah ditiriskan, bahan baku ini direbus dalam henek. Cara terbaik menikmatinya dengan ditemani sambel teri, daging ayam, juga ikan segar goreng. Ricky mengatakan, wisatawan juga bisa mempelajari secara detail cara pembuatan kuliner ini di Tanah Timor.
“Tanah Timor ini penuh inspirasi. Wisatawan sebenarnya bisa belajar cara mengolah kuliner unik ini. Sebab, pada setiap olahannya terdapat treatment khusus. Serupa dengan kekhususan di komposisinya,” kata Ricky lagi.
Lebih lanjut, ai uhik hoban juga bisa diolah dengan cara lain. Lama perendaman singkong kering bisa dilakukan selama 5-7 hari. Pemeraman dilakukan dengan memakai bungkusan daun pisang. Tujuannya, untuk menjaga kelembaban bahan baku. Pada hari ke-7, bahan baku semakin lengket setelah mengalami proses fragmentasi. Imbasnya, kadar gula meningkat. Cara mengolahnya dengan memanggangnya.
“KMPA 2019 ini bukan sekedar parade musik dan budaya. Di dalamnya ada edukasi yang besar. Kalau dikembangkan, kuliner ini bisa mendatangkan value ekonomi yang menjanjikan. Apalagi, bila kemasan kulinernya menarik. Meski identik tradisional, komposisi kuliner ini masih mungkin dikembangkan agar lebih unik,” tutup Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya.
(akn)
No comments:
Post a Comment