loading...
Tetapi ada komposisi yang dibangun agar tampilan pawai menjadi lebih menarik dan atraktif. Pawai PKB akan digelar di depan Monumen Perjuangan Rakyat Bali Niti Mandala Renon, Denpasar, 15 Juni mendatang pukul 14.00 Wita.
“Biasanya kan tampilnya itu hanya di depan panggung kehormatan presiden. Sekarang kita bagi tiga, semua dikomposisikan dari start mereka berjalan sudah bergerak sambil menari. Termasuk teruna teruni berbusana khas daerah kita bikinkan gerak semi fashion,” ujar Koordinator Pawai PKB XLI, Kadek Wahyudita, Selasa (4/6/2019).
Baca Juga:
Menurut Wahyudita, upaya ini sekaligus untuk mengontrol penonton dengan memecah konsentrasi mereka. Disamping dengan membuat barikade atau pembatas di beberapa titik.
"Di sisi lain, image pawai diharapkan berubah dari yang semula hanya atraktif di depan panggung kehormatan presiden saja. Kini semua masyarakat akan bisa menikmati lebih maksimal lagi," jelasnya.
Pawai kali ini akan berubah menjadi di sepanjang panggung yang panjangnya sekitar 100 meter dari ujung barat ke timur. Dengan konsep karnaval tersebut, masing-masing kontingen diberi waktu maksimal 7 menit untuk tampil di depan panggung.
“Jadi masuknya 2 menit, display di depan panggung kehormatan 2,5 menit, kemudian keluarnya 2 menit. Kurang lebih 5 sampai 7 menit,” jelas Wahyudita.
Wahyudita menambahkan, ada tiga hal yang akan ditampilkan oleh masing-masing kabupaten/kota. Pertama, barisan identitas yang terdiri dari papan nama, lambang daerah, muda-mudi berbusana adat Bali, dan pembawa tedung khas kabupaten/kota.
Kedua, garapan tematik disesuaikan masing-masing kabupaten/kota yang menggunakan properti terkait tema PKB XLI “Bayu Pramana (Memuliakan Sumber Daya Angin)”. Seperti pindekan, guwangan, atau lonceng angin.
"Barisan kedua ini nantinya tepat berada di depan panggung kehormatan presiden," tambahnya.
Ketiga atau barisan terakhir, nantinya diisi dengan tradisi budaya khas daerah. Sebagai contoh, Tabanan dengan gamelan tektekan atau Denpasar dengan baris nengklong-nya.
“Tetap kita pembinaan dulu, memastikan bahwa waktunya itu sudah tepat 7 menit atau kurang daripada itu, tidak boleh lebih,” imbuhnya.
Ketua Calendar of Events (CoE) Esthy Reeko Astuty Esthy Reko Astuti mengatakan, pihaknya akan fokus di perhelatan yang mengedepankan seni dan budaya daerah itu. Kata Esthy, PKB yang biasa disebut dengan “Annual Bali Art Festival” itu selalu menjadi pusat perhatian masyarakat Bali sendiri.
Perhelatan ini pertama kali dilangsungkan pada tahun 1979 sebagai warisan dari kepemimpinan Alm. Ida Bagus Mantra.
Saat itu, Bagus mantra menyatakan bahwa gelaran PKB merupakan ajang kreativitas dan inovasi para pelaku seni di Bali. Pementasan berlangsung serius dan diikuti hampir semua daerah. Untuk bisa tampil di PKB, semua mempersiapkan dengan berlatih selama berbulan-bulan.
"Bahasanya pun masih menggunakan bahasa lokal Bali sehingga tidak semua pengunjung memahami isinya. Tetapi kesenian Bali itu sangat komplet, baik dari isi cerita, gerak tari, dan instrumentnya," jelas Esthy.
Esthy menambahkan, event ini juga untuk memanjakan para wisatawan mancanegara (wisman) atau wisatawan nusantara (wisnus) yang sedang berlibur di Pulau Seribu Pura ini.
”Ini karena begitu besar makna acara ini buat rakyat Bali. Acaranya beragam dan bisa membuat wisatawan semakin nyaman di Bali dan semakin terpesona,” kata Esthy.
Dia menjelaskan, PKB yang merupakan wadah penggalian, pelestarian, dan pengembangan seni budaya telah dirasa ikut memberi kontribusi. Selain itu juga menjadi motivasi yang tinggi kepada masyarakat dalam mengapresiasi dan meningkatkan mutu seni budaya di Bali.
Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya menyambut positif digelarnya PKB 2019 ini. Hadirnya peserta dari mancanegara juga akan membuat gengsi PKB semakin melejit. Selain itu, juga akan mengundang seniman, komunitas seni, dan visitor dari mancanegara untuk melihat langsung ke Pulau Dewata.
”Budaya itu bersifat universal. Sehingga melalui perhelatan PKB ini diharapkan dapat mempererat hubungan dengan negara-negara asing dan juga semakin memukau wisatawan mancanegara,” kata Menpar Arief Yahya.
(akn)
No comments:
Post a Comment