loading...
“Ibu saya adalah pendeta yang ditahbiskan saat saya menjadi muslim. Namun, dia tidak meminta saya kembali ke agama saya sebelumnya ketika saya memberitahunya saya telah masuk Islam 17 tahun yang lalu,” katanya, dikutip Arab News.
Selama pidato saat menerima SAG Awards, Ali mengingat betapa sulitnya memberi tahu ibunya tentang hal ini. Bahkan, butuh sekitar 10 atau 12 tahun ketika akhirnya sang ibunda bisa menerima keputusannya. Bahkan, saat ini hubungan keduanya penuh cinta dan saling pengertian.
Baca Juga:
Dia menegaskan perbedaan agama bukanlah untuk memisahkan dan hal ini juga tidak pernah menyakiti hubungan mereka. “Kami selalu saling menyayangi,” ujarnya. Ali menjadi mualaf pada 2000 dan mengubah nama belakangnya dari Gilmore menjadi Ali.
“Aku merasa perlu memahami sesuatu dengan lebih dalam. Jadi, aku menjalani proses menggali melalui berbagai agama dan filosofi, serta cara-cara berhubungan dengan Tuhan. Dan akhirnya aku memeluk agama Islam,” ujarnya, dikutip Gulf News.
Perjalanan rohaninya dimulai saat dia bertemu kekasihnya, yang sekarang menjadi istrinya, Amatus, di sekolah pascasarjana. Kala itu keduanya mengalami kebangkitan spiritual.
Sebagai seorang mahasiswa yang mempelajari teater eksperimental, Amatus mempertanyakan keyakinannya pada Islam sama seperti Ali membuka dirinya untuk itu. Dia mengatakan pertama kali dia bertemu dengan Amatus saat dirinya hendak masuk ke masjid dan Amatus hendak keluar.
Ali pun ikut bergabung bersama Amatus di dalam masjid dan menangis saat mendengarkan khotbah meski dia tidak mengerti bahasa Arab. Dorongan untuk mempelajari Islam pun semakin kuat.
Dia kembali lagi ke masjid seminggu setelah liburan Natal. Dia pun menangis lagi saat mendengar khotbah. “Itu tidak bisa dijelaskan. Ada koneksi yang menembus semuanya untukku. Dan saya merasa seperti berada di tempat yang tepat,” katanya.
Malam itu pula Ali memutuskan untuk menjadi muslim. Sebagai minoritas di Amerika Serikat, Ali juga mengalami banyak diskriminasi, persis seperti yang dialaminya sebagai warga kulit hitam dalam film Green Book .
Dia pernah tidak diizinkan memiliki rumah di Los Angeles atau membeli rumah sewa, juga diawasi ketat untuk bepergian dengan pesawat. Namun, seperti karakternya yang kuat dalam Green Book , dia belajar bereaksi dengan bermartabat. “Aku hanya berusaha jujur pada diriku sendiri,” katanya.
Untungnya Ali memiliki keluarga yang terus mendukungnya. Dia juga memuji keluarganya yang mayoritas penganut Kristen, termasuk kakek dan neneknya sebagai orang-orang yang bisa menjadi pilar kasih sayang. “Mereka konsisten mendukung. Mereka malaikat penjaga sejati bagi saya,” ujarnya. (Susi Susanti)
(nfl)
No comments:
Post a Comment